Minggu, 23 Desember 2012

Makna La ila ha Illalloh yang sebenarnya.


At Tauhid edisi III/03
Oleh: Boris Tanesia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah, mengerjakan salat, menunaikan zakat, menunaikan haji ke Mekkah dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kelima hal inilah yang kita kenal dengan sebutan rukun islam. Di antara kelima rukun islam tersebut, rukun yang paling penting adalah rukun yang pertama yaitu dua kalimat syahadat. Rukun inilah yang melandasi diterimanya keempat rukun islam serta amalan-amalan ibadah yang lain. Rukun inilah yang menjadi dasar apakah seseorang itu islam atau tidak. Namun, amat sangat disayangkan, pemahaman yang salah tentang kalimat syahadat La Ilaha Illallah beredar di sekitar kaum muslimin. Baik itu kesalahan dalam masalah keyakinan maupun amal perbuatan. Bahkan, kesalahan dalam memahami syahadat ini dapat berakibat terjatuhnya seseorang ke dalam kesyirikan. Untuk itu sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui manakah yang benar dan yang salah dari syahadat tersebut agar kita tidak terjatuh ke dalam kesalahan yang dapat berakibat terjerumusnya kita ke dalam dosa syirik. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa: 48)
Di antara kesalahan-kesalahan itu adalah :
1. La Ilaha Illallah = Tiada Tuhan Selain Allah ?
Di antara kesalahan dalam syahadat adalah memaknai La Ilaha Illallah dengan ‘Tiada Tuhan selain Allah’. Konsekuensi dari pemaknaan ini menyebabkan setiap orang yang mengakui Allah adalah Tuhan maka ia telah masuk islam. Padahal, kaum musyrik Quraisy pun mengakui bahwa Allah lah Tuhan mereka, Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, Allah lah yang menghidupkan dan mematikan mereka, Allah lah yang memberi mereka rizki. Namun pengakuan mereka ini tidaklah menyebabkan mereka masuk islam. Mereka tetap dinyatakan kafir oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tetap memerangi mereka. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah yang artinya, “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (Yunus: 31).
2. La Ilaha Illallah = Tiada Sesembahan Selain Allah ?
Kesalahan lainnya mengenai syahadat La Ilaha Illallah adalah memaknainya dengan Tiada sesembahan selain Allah. Pemaknaan ini jelas-jelas menyimpang dari yang dimaksudkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena, konsekuensi dari makna ini ialah bahwa seluruh sesembahan yang ada di muka bumi ini adalah Allah (sebagaimana pernyataan ‘Tidak ada Nabi kecuali laki-laki’ berarti ‘Semua Nabi adalah laki-laki’). Hal ini jelas-jelas mustahil, karena apakah mungkin Budha, Yesus, Dewa Wisnu, Dewa Krishna, Dewa Brahma, Dewi Sri dan sesembahan-sesembahan lainnya itu adalah Allah? Bahkan konsekuensi pemahaman ini lebih buruk dari pemahaman orang Nasrani yang menjadikan Nabi Isa sebagai Allah itu sendiri. Sebagaimana firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”.” (Al Maidah: 72).
Pengertian yang benar dari syahadat La Ilaha Illallah
Lalu, apakah makna yang benar dari syahadat La Ilaha Illallah? Makna syahadat La Ilaha Illallah adalah Tiada Sesembahan yang berhak untuk disembah/diibadahi selain Allah atau dengan kata lain Tiada sesembahan yang benar kecuali Allah. Pengertian ini sangat sesuai dengan kenyataan yang ada di sekitar kita. Kita lihat bahwa sesungguhnya di dunia ini begitu banyak sesembahan yang disembah/diibadahi selain Allah. Namun semua sesembahan itu adalah batil. Sesembahan-sesembahan itu tidak layak dan tidak pantas untuk disembah/dibadahi. Hanya Allahlah satu-satunya yang berhak dan benar untuk disembah. Hal ini sebagaimana doa yang sering kita ucapkan berulang-ulang kali di dalam salat kita “Hanya kepada-Mulah kami beribadah”.
3. Tidak Ada Pembatal Syahadat La Ilaha Illallah Selain Pindah Agama?
Di antara kesalahan lainnya adalah pemahaman yang menyatakan bahwa seseorang tidak batal syahadatnya kecuali jika ia pindah agama dari islam ke agama selain islam. Atau dengan kata lain, apabila seseorang telah bersyahadat, maka ia tetap beragama islam kecuali ia pindah agama. Hal ini jelas salah, karena bukan hanya pindah agama saja yang dapat menyebabkan seseorang batal syahadatnya dan keluar dari islam. Banyak hal-hal lain yang dapat membatalkan syahadat seseorang, di antaranya adalah berdoa kepada wali atau orang saleh (serta perbuatan-perbuatan syirik lainnya), melakukan perbuatan sihir, tidak mengkafirkan orang kafir (seperti orang Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu, Konghucu dan lain sebagainya) atau ragu-ragu atas kekafiran mereka, membenci ajaran islam, menghina Allah, menghina Rasulullah, menghina ajaran islam, berpaling dari agama Allah, tidak mempelajari dan mengamalkannya dan lain sebagainya. Orang yang melakukan salah satu dari pembatal syahadat tersebut dan tidak bertaubat, maka ia kafir. Meskipun ia salat, puasa, zakat, pergi haji serta melakukan ibadah-ibadah lainnya.
4. Tahlilan
Di antara kesalahan lainnya yang tersebar di masyarakat berkaitan dengan kalimat La Ilaha Illallah adalah ritual tahlilan. Ritual ini merupakan ritual yang sering dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengirim pahala bagi anggota keluarganya yang telah meninggal. Pada ritual ini biasanya diadakan jamuan makan yang diikuti dengan pembacaan Al Qur’an dan dzikir kalimat La Ilaha Illallah. Ritual ini merupakan ritual yang tidak ada landasannya dari islam. Ritual tahlilan ini meskipun sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita, namun sama sekali tidak ada petunjuknya dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Tidak didapatkan satu pun hadits yang shohih yang menyatakan Rasulullah dan para sahabatnya pernah melakukan tahlilan untuk mengirimkan pahala kepada kerabat mereka yang telah meninggal. Padahal, semasa Rasulullah hidup, banyak keluarga beliau yang meninggal, tetapi beliau tidak pernah melakukan tahlilan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada dasarnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR Muslim). Bahkan sesungguhnya, ritual tahlilan merupakan modifikasi dari ritual masyarakat animisme dan dinamisme dahulu. Di mana mereka beranggapan bahwa apabila arwah telah keluar dari jasad maka arwah tersebut akan bergentayangan pada hari ketujuh, keempat puluh, keseratus dan keseribu. Maka untuk mengusir arwah gentayangan terebut, mereka pun membaca mantra-mantra sesuai dengan keyakinan mereka. Dan ketika islam datang, maka mantra-mantra tersebut diganti dengan kalimat La Ilaha Illallah, sehingga ritual masyarakat animisme tersebut pun berubah menjadi ritual tahlilan. (Disarikan dari Penjelasan Gamblang Seputar Hukum Yasinan, Tahlilan & Selamatan karya Abu Ibrahim Muhammad Ali bin A. Mutholib)
Demikianlah beberapa penjelasan mengenai kesalahan seputar kalimat syahadat La Ilaha Illallah. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang dapat merealisasikan kalimat syahadat La Ilaha Illallah baik melalui amalan hati, lisan maupun amalan perbuatan kita. Karena sesungguhnya barangsiapa yang membenarkan kalimat syahadat La Ilaha Illallah hanya di dalam hati maka ia seperti paman Rasulullah Abu Thalib yang kafir karena enggan mengucapkan kalimat ini. Dan barangsiapa yang hanya mengucapkan kalimat syahadat La Ilaha Illallah di lisan tanpa amalan hati dan badan sungguh ia bagaikan kaum munafik yang mengaku-ngaku islam. Wallahu a’lam.  

NIGELA PROPOLIS
Produksi CV.Nature Herb Indonesia
Merupakan perpaduan Minyak Habatusauda, Propolis dan Omega 3.
Khasiat: food suplement, mengobati Stroke, kanker, DBD, Miom, Asam urat, TBC,menjaga stamina,Asma dll.
Bisa anda dapatkan di toko-toko herbal dikota anda. Pemesana ke email.abumuawiyah2011@gmail.com. Melayani Grosir dan eceran

Wali Songo Merupakan utusan Khilafah Islam di Nusantara


Di samping penerapan syariah Islam, hubungan Nusantara dengan Khilafah Islam pun terjalin. Pada tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah. Sang Raja meminta dikirimi dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. (Ayzumardi Azra, 2005).

Sebagian pengemban dakwah Islam juga merupakan utusan langsung yang dikirim oleh Khalifah melalui amilnya. Tahun 808H/1404M adalah awal kali ulama utusan Khalifah Muhammad I ke Pulau Jawa (yang kelak dikenal dengan nama Walisongo). Setiap periode ada utusan yang tetap dan ada pula yang diganti. Pengiriman ini dilakukan selama lima periode. (Rahimsyah, Kisah Wali Songo, t.t., Karya Agung Surabaya, hlm. 6).

Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.

Hubungan ini tampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan. Abdul Qadir dari Kesultanan Banten, misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu. Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar sultan dari Syarif Makkah tahun 1051 H (1641 M) dengan gelar, Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. (Ensiklopedia Tematik Dunia Islam Asia Tenggara, 2002). Bahkan Banten sejak awal memang menganggap dirinya sebagai Kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. (Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Struktur Politik dan Ulama: Kesultanan Banten, 2002).

Selain itu, Snouck Hurgrounye, sebagaimana yang dikutip oleh Deliar Noer, mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, melihat stambol (Istanbul, ibukota Khalifah Usmaniyah) senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang Mukmin dan tetap (dipandang) sebagai raja dari segala raja di dunia. (Deliar Noer, 1991).

Penjajah Belanda Menghapuskan Jejak Itu

Pada masa penjajahan, Belanda berupaya menghapuskan penerapan syariah Islam oleh hampir seluruh kesultanan Islam di Indonesia. Salah satu langkah penting yang dilakukan Belanda adalah menyusupkan pemikiran dan politik sekular melalui Snouck Hurgronye. Dia menyatakan dengan tegas bahwa musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama. (H. Aqib Suminto, 1986).

Dari pandangan Snouck tersebut penjajah Belanda kemudian berupaya melemahkan dan menghancurkan Islam dengan 3 cara. Pertama: memberangus politik dan institusi politik/pemerintahan Islam. Dihapuslah kesultanan Islam. Contohnya adalah Banten. Sejak Belanda menguasai Batavia, Kesultanan Islam Banten langsung diserang dan dihancurkan. Seluruh penerapan Islam dicabut, lalu diganti dengan peraturan kolonial.

Kedua: melalui kerjasama raja/sultan dengan penjajah Belanda. Hal ini tampak di Kerajaan Islam Demak. Pelaksanaan syariah Islam bergantung pada sikap sultannya. Di Kerajaan Mataram, misalnya, penerapan Islam mulai menurun sejak Kerajaan Mataram dipimpin Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda.

Ketiga: dengan menyebar para orientalis yang dipelihara oleh pemerintah penjajah. Pemerintah Belanda membuat Kantoor voor Inlandsche zaken yang lebih terkenal dengan kantor agama (penasihat pemerintah dalam masalah pribumi). Kantor ini bertugas membuat ordonansi (UU) yang mengebiri dan menghancurkan Islam. Salah satu pimpinannya adalah Snouck Hurgronye. Dikeluarkanlah: Ordonansi Peradilan Agama tahun 1882, yang dimaksudkan agar politik tidak mencampuri urusan agama (sekularisasi); Ordonansi Pendidikan, yang menempatkan Islam sebagai saingan yang harus dihadapi; Ordonansi Guru tahun 1905 yang mewajibkan setiap guru agama Islam memiliki izin; Ordonansi Sekolah Liar tahun 1880 dan 1923, yang merupakan percobaan untuk membunuh sekolah-sekolah Islam. Sekolah Islam didudukkan sebagai sekolah liar. (H. Aqib Suminto, 1986).

Demikianlah, syariah Islam mulai diganti oleh penjajah Belanda dengan hukum-hukum sekular. Hukum-hukum sekular ini terus berlangsung hingga sekarang. Walhasil, tidak salah jika dikatakan bahwa hukum-hukum yang berlaku di negeri ini saat ini merupakan warisan dari penjajah; sesuatu yang justru seharusnya dienyahkan oleh kaum Muslim, sebagaimana mereka dulu berhasil mengenyahkan sang penjajah: Belanda.
www.al-khilafah.org


NIGELA PROPOLIS
Produksi CV.Nature Herb Indonesia
Merupakan perpaduan Minyak Habatusauda, Propolis dan Omega 3.
Khasiat: food suplement, mengobati Stroke, kanker, DBD, Miom, Asam urat, TBC,menjaga stamina,Asma dll.
Bisa anda dapatkan di toko-toko herbal dikota anda. Pemesana ke email abumuawiyah2011@gmail.com
Melayani Grosir dan eceran

Memahami Tawakal yang sebenarnya

Sebagian orang salah memahami perkara tawakal, mereka menyangka bahwa tawakal adalah berpaling dari sebab dan tidak mau berusaha. Ada yang berlebih-lebihan, sehingga dia berpijak secara total kepada sebab tanpa menoleh kepada peletaknya. Kedua kubu sama-sama tercela. Berikut ini adalah pemaparannya.

Pertama: kaidah teoritis bagi perkara sebab akibat

Sebab adalah sesuatu yang menyampaikan kepada suatu perkara. Secara istilah: sesuatu yang keberadaannya menuntut keberadaan sesuatu dan ketiadaannya menuntut ketiadaan sesuatu.

Definisi terminologi hanya berkisar pada sebab-sebab yang lahir, karena dari sisi lain sebuah sebab bukan merupakan sebab yang melahirkan musababnya kecuali bila ia memiliki faktor pendukung dan penghalang-perhalangnya disingkirkan darinya. Di antara makhluk tidak ada yang bisa menjadi sebab yang bersifat independen yang mampu mewujudkan tuntutannya, sebaliknya ia tetap memerlukan faktor penunjang, di samping penghalangnya harus diminggirkan.

Bila kita telah mengetahui hal ini maka selain Allah tidak berhak untuk diminta, tidak berhak untuk disembah, tidak berhak untuk ditawakali, tidak berhak untuk diharapkan, karena selain Allah hanyalah sebab yang tidak mampu mewujudkan akibatnya secara independen, lalu bagaimana seorang hamba menghadapkan dirinya kepada selain Allah dan berpaling dari Allah?

Allah Subhanahu wa Taala menetapkan sebab-sebab untuk makhluk sebagai rahmat kepada mereka, Dia menegakkan petunjuk-petunjuk atas sebab-sebab tersebut, maka apa yang Allah syariatkan merupakan sebab, sebaliknya apa yang tidak Allah syariatkan maka ia bukan merupakan sebab, terkadang petunjuk kepada suatu sebab sangat jelas, dan terkadang samar bagi sebagian orang sehingga ia memerlukan pembuktian melalui beberapa percobaan ilmiah seperti sebab-sebab suatu penyakit. Ilmu pengobatan disyariatkan secara umum, akan tetapi menetapkan bahwa penyakit anu disebabkan oleh anu memerlukan kajian.

Di antara sebab paling besar yang Allah syariatkan untuk kita adalah doa, lebih-lebih doa al-Fatihah, “Bimbinglah kami ke jalan yang lurus.” Allah dengan rahmatNya kepada hamba-hambaNya menjadikan doa ini sebagai sebab untuk mewujudkan kebaikan dan mencegah keburukan, oleh karena itu mentauhidkan Allah, bertawakal kepadaNya dan memohon ampunan dari dosa kepadaNya merupakan kewajiban.

Oleh karena itu kaum muslimin diperintahkan untuk mengucapkan doa ini di setiap shalat, karena mereka sangat membutuhkannya, tidak ada sesuatu yang lebih mereka butuhkan daripada doa ini, maka wajib diketahui bahwa Allah dengan karunia dan rahmatNya menjadikan doa ini termasuk sebab paling besar yang mendatangkan kebaikan dan mencegah keburukan. Al-Qur`an menjelaskan bahwa keburukan datang dari dalam jiwa sekalipun ia tetap dengan takdir Allah dan bahwa seluruh kebaikan adalah dari Allah Ta'ala.

Bila perkaranya memang demikian, maka tiada yang patut disyukuri kecuali Allah, hendaknya seorang hamba bertaubat dari dosanya, hendaknya tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah semata, karena tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah, hal ini menuntut seorang hamba untuk mentauhidkanNya, bertawakal kepadaNya semata, bersykur kepadaNya semata dan memohon ampunan hanya kepadaNya dari dosa-dosanya.

Nabi shallallohu 'alaihi wasallam menyatukan perkara-perkara ini dalam shalat, sebagaimana yang diriwayatkan dari beliau dalam ash-Shahih bahwa beliau mendengar seseorang mengangkat kepalanya dari ruku’ dengan mengucapkan,

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

“Rabbana, bagiMu segala puji dengan pujian yang banyak, baik dan penuh keberkahan.” Lalu beliau bersabda, “Sungguh aku melihat tiga puluh lebih malaikat berlomba-lomba untuk menulisnya pertama kali.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Ini adalah realisasi dari keesaan Allah, untuk Tauhid Rububiyah yang mencakup penciptaan, penetapan takdir, awal mula makhluk dan hidayahnya, Dialah yang memberi dan menahan, tidak ada penahan bagi apa yang Dia berikan dan tidak ada pemberi bagi apa yang Dia tahan, juga untuk Tauhid Ilahiyah yang mencakup peletakan syariat, penetapan perintah dan larangan, yakni sekalipun para hamba diberi kedudukan, kerajaan, kehormatan, kemuliaan dan kepemimpinan

Perkataan di atas mengandung realisasi dari tauhid dan realisasi dari firman Allah Ta'ala,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ [الفاتحة/5]
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepadaMu-lah kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).

Bila diasumsikan ada sebab tertentu yang bisa merealisasikan tuntutannya secara independen tanpa kehendak dan kemudahan dari Allah, niscaya tidak wajib berharap hanya kepadaNya, tidak wajib bertawakal hanya kepadaNya, tidak wajib meminta hanya kepadaNya, tidak wajib beristighatsah hanya kepadaNya dan tidak wajib memohon pertolongan hanya kepadaNya, padahal bagiNya segala puji, Dialah tempat mengadu, tempat memohon pertolongan dan bantuan dalam kesulitan, tidak ada daya dan kekuatan kecuali denganNya. Bagaimana tidak demikian sementara tidak ada satu sebab pun yang secara independen mampu mewujudkan tuntutannya, akan tetapi ia membutuhkan sebab-sebab yang lainnya, di samping itu segala penghalang dan rintangan harus disishkan darinya sehingga tuntutannya terwujud, setiap sebab memiliki patner, sebagaimana ia juga memiliki lawan, bila patnernya tidak membantunya dan lawannya tidak memberinya jalan maka akibatnya tidak terwujud.

Hujan semata tidak menumbuhkan pohon kecuali dengan faktor-faktor pendukung lainnya seperti udara, tanah dan lainnya, kemudian tanaman itu sendiri tidak tumbuh dengan baik sehingga faktor perusaknya dijauhkan darinya, makanan dan minuman tidak berguna kecuali dengan dukungan faktor-faktor penunjang dalam tubuh, dan semua itu tidak bermanfaat kecuali bila perusaknya disingkirkan darinya.

Makhluk yang memberi atau menolongmu, di samping Allah memberinya keinginan, kekuatan dan kemampuan untuk berbuat, sekalipun demikian apa yang dilakukannya tidak terwujud kecuali dengan sebab-sebab yang banyak di luar kodratnya yang membantunya mewujudkan apa yang dikehendakinya, sekalipun yang bersangkutan adalah raja yang ditaati, faktor-faktor perintang dan penghalang bagi sebab-sebab yang saling menunjang harus disisihkan, sehingga sesuatu harapan tidak akan terwujud kecuali bila sebabnya terwujud dan penghalangnya terangkat.

Setiap sebab yang tertentu hanyalah bagian dari penentu, di alam ini tidak ada sesuatu yang satu yang merupakan penentu secara sempurna, sekalipun ia disebut dengan penentu sedangkan selainnya yang menunjangnya disebut syarat, maka hal ini hanyalah perselisihan lafzhi semata. Adapun anggapan bahwa di antara makhluk-makhluk terdapat illat yang sempurna yang menuntut akibatnya maka ia adalah batil.

Barangsiapa mengetahui hal ini dengan benar maka terbukalah baginya pintu tauhid kepada Allah, dia mengetahui bahwa tidak ada yang berhak untuk dimintai kecuali Allah, alih-alih diibadahi, ditawakali dan diharapkan kecuali Allah Ta'ala semata.

Di antara perkara yang patut diketahui adalah apa yang dikatakan oleh sebagian ulama, bahwa bersandar kepada sebab merupakan kesyirikan dalam tauhid, sedangkan menghapus sebab untuk menjadi sebab merupakan kekurangan pada akal serta berpaling dari sebab secara total menciderai syariat. Dan makna tawakal dan berharap tersusun dari tuntutan tauhid, akal dan syariat.

Keterangannya begini, bahwa bersandar kepada sebab adalah berpijaknya hati kepadanya, harapan hati kepadanya dan tumpuannya kepadanya, padahal di antara makhluk tidak ada yang berhak mendapatkannya, karena makhluk tidak independen, dia membutuhkan sekutu, dia memiliki lawan, di samping semua ini, bila peletak sebab tidak memudahkannya maka ia tidak mudah.

Nabi shallallohu 'alaihi wasallam mengambil sebab namun tidak bersandar kepadanya

Sebagian orang mengira bahwa tawakal menafikan usaha dan mengikuti sebab, dan bahwa bila segala perkara telah ditakdirkan maka sebab tidak lagi dibutuhkan. Ini adalah anggapan yang rusak, karena di antara usaha ada yang wajib, ada yang mustahab, ada yang mubah, ada yang makruh dan ada pula yang haram, sebagaimana hal itu diketahi di tempatnya.

Nabi shallallohu 'alaihi wasallam adalah orang yang bertawakal paling utama, namun begitu beliau tetap memakai baju perang, berjalan masuk ke pasar untuk mendapatkan rizki sehingga orang-orang kafir berkata,
مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ [الفرقان/7]
Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” (Al-Furqan: 7).

Kamu melihat banyak orang yang berpandangan bahwa berusaha menafikan tawakal mendapatkan rizki melalui tangan orang-orang yang memberi mereka, bisa dalam bentuk sedekah, bisa dalam bentuk hadiah, dan hal itu bisa berasal dari pungli atau pengawal penguasa atau selainnya dan itu adalah kerendahan.

Syarah Thahawiyah, Ibnu Abil Izz al-Hanafi.

NIGELA PROPOLIS
Produksi CV.Nature Herb Indonesia
Merupakan perpaduan Minyak Habatusauda, Propolis dan Omega 3.
Khasiat: food suplement, mengobati Stroke, kanker, DBD, Miom, Asam urat, TBC,menjaga stamina,Asma dll.
Bisa anda dapatkan di toko-toko herbal dikota anda. Pemesana ke email abumuawiyah2011@gmail.com
Melayani Grosir dan eceran.

Jumat, 21 Desember 2012

Masuknya Islam ke Nusantara

                                                                                                                                                                              

PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DEMAK


Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.[1]. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten FakfakPapua Barat.
Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus[2]. Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.
Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam [3].
Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).
Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat
Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syi’ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi’i.
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.
Islam lahir di Jazirah Arab. Islam berkembang sampai ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat, sekitar abad ke-7 hingga abad ke-8. Islam diterima dengan baik dan berkembang dengan pesat di Indonesia. Faktor pendorong Islam cepat berkembang di Indonesia :
       1. Syarat masuk Islam mudah
       2. Islam bersifat terbuka
       3. Tidak mengenal sistem kasta
       4. Disebarkan secara damai
       5. upacara sedehana dan biaya murah
       6. Runtuhnya kerajaan majapahit
Di pulau Jawa, ada sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal sebagai Wali Sanga (wali sembilan). Peranan Wali Sanga antara lain:
    1. Sebagai penyebar agama Islam
    2. Pendukung berdirinya kerajaan Islam
    3. Penasehat Raja
    4. pendukung berkembangnya kebudayaan daerah  yang  disesuaikan  dengan Islam.
Sumber sejarah mengenai masuknya Islam dan berkembangnya Islam di Indonesia antara lain:
    1. Abad VII M
         Kronik dinasti Tang : dipantai Sumatera Utara ada pemukiman pedagang Arab Islam
    2.  Abad XI M
         Makam Fatimah Binti Maimun di Leran Gresik Jawa Timur
    3. Abad XIII M
        – Makam Sultan Malik As Shaleh
        – Catatan Marcopolo
    3. Abad XIV M
        – Makam Muslim di Troloyo dan Trowulan
    4. Abad XV
        Catatan Ma-Huan
    5. Abad XVI
        Suma Oriental dari Tome Pires
Beberapa kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia adalah:
a. Kerajaan Perlak
Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.
Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).
keberadaan Kerajaan Perlak didukung oleh adanya / ditemukannya sumber-sumber dan bukti-bukti sejarah (A. Hasjmy, 1989).
1) Naskah-naskah Tua Berbahasa Melayu
Naskah-naskah tua yang dijadikan sebagai rujukan mengenai keberadaan Kerajaan Perlak paling tidak ada tiga yakni :
  • Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, karangan buku Abu Ishak Makarani Al Fasy.
  • Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
  • Silsilah Raja-raja perlak dan Pasai, catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
  • Jumu Sultan As Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
  • Silsilah Raja-raja perlak dan Pasai, catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Ketiga naskah tua tersebut mencatat bahwa kerajaan islam pertama Nusantara adalah Kerajaan Islam Perlak. Hanya di sana-sini terdapat perbedaan tahun dan tempat, karena mungkin terjadi karena kekurangan telitian para penyalinnya. Misalnya mengenai tahun berdirinya kerajaan perlak, Kitab Idharul Haq fi Mamlakatil Perlab val fasi menyebut tahun 225 sementara Tazkirah ThabakatSulthan As Salathin menyebut tahun 227. secara tegas Kitab Idharul Haq fi Mamlakatil. Ferlah wal Fasi menyebutkan bahwa kerajaan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muhharam 225 H (840M) dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah, yang semula bernama Syaid Abdul Aziz.
2) Bukti-bukti Peninggalan Sejarah
Bukti-bukti peninggalan sejarah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendukung dan membukti mengenai keberadaan Kerajaan perlak ada tiga yakni ; mata uang perlak, stempel kerajaan dan makam raja-raja Benoa.
# Mata Uang Perlak
Mata uang Perlak ini diyakini merupakan mata uang tertua yang diketemukan di Nusantara. Ada tiga jenis mata uang yang ditemukan, yakni yang pertama terbuat dari emas (dirham) yang kedua dari Perak (kupang) sedang yang ketiga dari tembaga atau kuningan.
#Mata uang dari emas (dirham)
Pada sebuah sisi uang tersebut tertulis ”al A’la” sedang pada sisi yang lain tertulis ”Sulthan”. Dimungkinkan yang dimaksud dalam tulisan dari kedua sisi mata uang itu adalah Putri Nurul A’la yang menjadi Perdana Menteri pada masa Sulthan Makhdum Alaidin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat yang memerintah Perlak tahun 501-527 H (1108 – 1134 M).
Mata uang perak (kupang)
Pada satu sisi mata uang Perak ini tertulis ”Dhuribat Mursyidam”, dan pada sisi yang tertuliskan ”Syah Alam Barinsyah”. Kemungkinan yang dimaksud dalam tulisan kedua sisi mata uang itu adalah Puteri Mahkota Sultan Makhdum Alaidin Abdul Jalil Syah Jouhan Berdaulat, yang memerintah tahun 592 – 622 H (199 – 1225 M). Puteri mahkota ini memerintah Perlak karena ayahnya sakit. Ia memerintah dibantu adiknya yang bernama Abdul Aziz Syah.
 Mata uang tembaga (kuningan)
Bertuliskan huruf Arab tetapi belum dapat dibaca. Adanya mata uang yang ditemukan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan sebuah kerajaan yang telah maju.
Stempel kerajaan
Stempel kerajaan ini bertuliskan huruf Arab, model tulisan tenggelam yang membentuk kalimat ”Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512”. Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari Kerajaan Perlak.
Makam Raja Benoa
Bukti lain yang memperkuat keberadaan Kerajaan Perlak adalah makam dari salah raja Benoa di tepi Sungai Trenggulon. Batu nisan makan tersebut bertuliskan huruf Arab. Berdasarkan penelitian Dr. Hassan Ambari, nisan makam tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4 H atau abad ke-11 M. Berdasarkan catatan Idharul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, benoa adalah negara bagian dari Kerajaan Perlak.
b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). .
c. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Aceh mencapai jaman keemasan di bawah pemerintah Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1936. ia adalah orang yang cakap dan pemeluk Islam yang taat. Wilayah di Semenanjung Malaya, seperti Johor, Kedah, pahang berhasil dikuasai. Demikian juga daerah Perlak, Pulau Bintan dan Nias.
Iskandar muda bersikap anti penjajah. Ia bercita-cita dapat mengusir Portugis dari Malaka. Oleh sebab itu Iskandar Muda beberapa kali menyerang Portugis di Malaka. Contoh, tahun 1629, ia melakukan serangan besar-besaran ke Malaka. Namun karena persenjataan yang tidak seimbang belum berhasil. Portugis pun juga menyerang dan berusaha menguasai Aceh, namun selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.
Pada masa kekuasaan Iskandar Muda disusun suatu Undang-undang tentang tata Pemerintah. Undang-undang itu disebut Adat Mahkota Alam.
Tahun 1636 Sultan Iskandar Muda Wafat kemudian digantikan Sultan Iskandar thani. Sultan Iskandar Thani memerintah sampai tahun 1641. raja-raja yang berkuasa selanjutnya lemah. Sementara tahun 1641 Belanda sudah berhasil menguasai Malaka. Lama kelamaan Belanda pun berhasil memasukkan pengaruhnya ke Aceh.
Peninggalan sejarah dari kerajaan Aceh antara lain berupa koin emas, stempel kerajaan, makam Sultan Iskandar Muda, Rencong, juga beberapa karya sastra. Dalam bidang kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma’rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi’raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi’raj al-Tulabb Fi Fashil.
d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.
Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik.
Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.
Dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.

Masjid Agung Demak
Untuk menambah pemahaman Anda tentang Masjid Demak tersebut, silahkan Anda amati gambar 10 berikut ini!
Dilihat dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar 10 tersebut memperlihatkan adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu dengan kebudayaan Islam.
e. Kerajaan Mataram 
Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.
f. Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten.
g. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta. Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean.
h. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:
Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.
Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).
i. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Jika kalian sudah memahami materi di atas, tentu kalian dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa adalah Kerajaan … .
2. Kerajaan Demak didirikan oleh … .
3. Pahatan yang terdapat pada dinding candi disebut … .
4. Kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah kerajaan … .
5. Perayaan Sekaten dilakukan pada saat peringatan … .
6. Islam masuk ke indonesia dengan perantaraan ….
7. Tokoh penyebar agama Islam di pulau Jawa dikenal dengan selatan ….
8. Tiga peranan wali songo adalah ….
9. Tiga faktor penyebab Islam cepat berkembang di Indonesia adalah ….
10. Salah satu peninggalan kerajaan Demak antara lain adalah ….
Referensi http://id.wikipedia.org
 
Abu Mu'awiyah
NIGELA PROPOLIS

 NIGELA PROPOLIS
Produksi CV.Nature Herb Indonesia
Merupakan perpaduan Minyak Habatusauda, Propolis dan Omega 3.
Khasiat: food suplement, mengobati Stroke, kanker, DBD, Miom, Asam urat, TBC,menjaga stamina,Asma dll.
Bisa anda dapatkan di toko-toko herbal dikota anda. Pemesana ke email abumuawiyah2011@gmai.com
Melayani Grosir dan eceran

Stempel Asli Milik Nabi Muhammad S.A.W dan Surat Nabi Kepada Para Penguasa

Inilah Surat Dan Stempel Asli Milik Nabi Muhammad SAW

stempel Rosululloh
Al-Qura’n turun melalui Jibril as kepada Nabi saw bukan dengan tulisan tapi dengan lisan. Bahkan ayat pertama yang turun kepada beliau bukan “Uktub” atau “Tulislah” tapi ayat pertama turun berbunyi “Iqra’” Pilihan artinya “Bacalah”. Dari salah satu mu’jizat Nabi saw yang terbesar adalah bahwa beliau itu buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Tapi kok wahyu yang turun kepada beliau dari Allah baik melalui Jibril atau langsung bisa diterimanya? Karena ingatan dan hapalan Nabi saw super hebat, luar biasa tidak bisa disamakan dengan ingatan dan hapalan orang orang biasa. Maka semua wahyu yang dibacakan Jibril as yang turun dari Allah kepada beliau bisa langsung melekat di ingitan Nabi saw tidak bisa terlepas lagi.
Jelasnya, kalau ada orang mengatakan bahwa Nabi saw itu pintar menulis berarti dia bodoh tidak mengetahui sejarah Nabi saw atau berarti dia telah melecehkan Islam. Orang pintar pada masa Nabi saw bukan orang yang pandai menulis tapi yang hebat pada zaman itu adalah orang yang hapalanya kuat. Kalau begitu menulis bukalah budaya orang Arab. Orang Arab di masa itu merasa malu jika diketahui ia pandai menulis. Karena mereka mengandalkan diri mereka kepada hapalan. Orang yang pandai menulis berarti hapalannya tidak kuat.

Tapi Islam adalah agama terbuka dan bisa menerima budaya. Contohnya setalah wafatnya Nabi saw, para sahabat mulai mengumpulkan Al-Qur’an dari penghapal penghapal agar mu’jizat Nabi itu tidak putus dan habis sepeninggalan mereka atau sehabis para penghapal itu wafat. Maka terbentuklah “lajnah” untuk mengumpulkan Al-Qur’an dan ini tentu memerlukan waktu dan tenaga luar biasa. Setelah terkumpul mulailah mereka menulis demi untuk menjaga keselamatan Al-Qur’an dari tangan tangan kotor dan memeliharanya agar tetap bersih, murni dan terjaga “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” al-Hijr 9.
Begitu pula hadist hadist Nabi saw yang diriwayatkan atau disampaikan dengan lisan memiliki kedudukan yang lebih kuat daripada riwayat yang disampaikan dengan tulisan. Walaupun demikian, Islam adalah agama terbuka dan menerima budaya yang datang dari luar, atau menerima cara orang lain selama budaya dan cara mereka itu baik tidak keluar dari rel rel syariat Allah. Contohnya adalah pengumpulan Al-Quran dan hadist-hadist Nabi saw, pembuatan surat surat Nabi saw yang dikirim kepada raja raja dan penguasa penguasa dunia setelah Islam mulai kuat di Madinah dan mulai berkembang luas ke seluruh penjuru.
Banyak budaya dan cara orang lain masuk ke dunia Islam dan diterima semasih budaya dan cara itu bisa diterima kebenaranya. Contohnya setelah Rasulallah saw membuat surat surat kepada raja raja dan penguasa penguasa dunia mengajak mereka masuk ke agama Islam, salah seorang sahabat mengatakan bahwa orang-orang kafir tersebut tidak mau menerima surat surat tanpa distempel lebih dahulu, maka Nabi saw memerintahkan para sahabat untuk membuatkan baginya stempel. Kemudian dibuatlah stempel berupa cincin yang berukiran kalimat “Muhammad Rasulullah“. Stempel ini dikenakan Nabi saw di tangan kanan beliau sampai beliau wafat.
Stempelnya:

Semua surat surat Nabi saw yang dikirim kepada raja dan penguasa dunia disambut dengan baik dan sangat dihargai sekali oleh mereka kecuali surat beliau yang dikirim kepada Kisra atau Khosrau II (Penguasa Persia). setibanya surat beliau dan sehabis dibaca surat beliau dirobek robek oleh Khosrau. Rasulallah berdoa: “Ya Allah robek robeklah kerajaannya”.
Kalau kita membaca isi surat surat Nabi saw yang dikirim untuk penguasa penguasa dunia kita bisa lihat dengan jelas bahwa Rasulallah saw adalah seseorang yang ahli berdeplomasi dan sangat pintar bersiasat. Kita bisa lihat bahwa beliau sangat menghargai dan memuliakan kedudukan mereka sebagai penguasa dunia.
Di bawah ini terlampir 4 surat Nabi saw:
Surat Nabi saw untuk Raja Negus (Penguasa Ethiopia):

Isi surat:
Dari Muhammad utusan Islam untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia (Ethiopia). Salam bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi bahwa Isa putra Maryam adalah ruh dari Allah yang diciptakan dengan kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan terpelihara. Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh dari-Nya sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya. Sesungguhnya aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan menasihatimu maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti petunjuk.
Surat Nabi saw untuk Raja Heraclius (Kaisar Romawi):

Isi surat:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Salain dari pada itu, sesungguhnya aku mengajak kamu untuk memeluk Islam. Masuklah kamu ke agama Islam maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam maka Allah memberikan pahalah bagimu dua kali dan jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa orang orang Romawi. “Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Al-Imron 64
Surat Nabi saw untuk Raja Khosrau II (Penguasa Persia):

Isi surat:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Khosrau, penguasa Persia yang agung. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan RasulNya, dan bagi orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bagi yang bersaksi bawha Muhammad itu hamba Nya dan utusan Nya. Aku mengajakmu kepada panggilan Allah sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi seluruh manusia supaya aku memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat. Jika kamu menolak maka kamu akan menanggung dosa orang orang Majusi.
Surat Nabi saw untuk Al-Muqawqis (Penguasa Mesir):

Isi surat:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad bin Abdullah utusan Allah, untuk al-Muqawqis penguasa Mesir yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain dari pada itu, aku mengajakmu kepada panggilan Allah. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat dan Allah akan memberikan bagimu pahala dua kali. Jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa penduduk Mesir.“.
Setelah al-Muqawqis membaca surat Nabi saw, ia membalas surat beliau dan memberikam kepada beliau dua hadiah. Hadiah pertama berupa dua budak belian bernama Maria binti Syamu’n al-Qibthiyyah yang dimerdekakan Nabi saw dan menjadi istri beliau, darinya Rasulallah saw mendapatkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim (wafat semasih kecil), nama ini diambil dari nama kakek beliau Nabi Ibrahim as. Dan budak kedua adiknya sendiri Sirin binti Syamu’n Al-Qibthiyyah yang dikimpoii Hassan bin stabit ra, sastrawan unggul pada zaman Nabi saw. Hadiah kedua berupa kuda untuk tunggangan beliau.
Abu Qoyyim ( Tabib Handal Nature Herb)

NIGELA PROPOLIS
Poduksi CV.Nature Herb Indonesia
Merupakan perpaduan Minyak Habatusauda, Propolis, Omega 3.
Khasiat : sebagai food suplement, mengobati begagai macam penyakit seperti, Stroke,TBC,DBD, Miom,Kista,kanker, Asma,melancarkan perdaran darah,dll. 
Pemesanan grosir dan eceran hub. 
ke email abumuawiyah2011@gmail.com

Hubungan Khilafah Turki dengan Kerajaan Aceh Darussalam

HUBUNGAN KHILAFAH ISLAM TURKI USTMANI DENGAN KERAJAAN ISLAM ACEH DARUSSALAM



Panta Rei Ouden Menei. Semuanya mengalir dan berputar. Demikian pula Sriwijaya. Kerajaan besar Budha yang berpusat di selatan Sumatera ini pada akhir abad ke-14 M mulai memasuki masa suram. Invasi Majapahit (1377) atas Sriwijaya mempercepat kematiannya. Satu persatu daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya mulai lepas dan menjadi daerah otonom atau bergabung dengan yang lain. Raja, adipati, atau penguasa setempat yang telah memeluk Islam lalu mendirikan kerajaan Islam kecil-kecil. Beberapa kerajaan Islam di Utara Sumatera bergabung menjadi Kerajaan Aceh Darussalam.
Di Eropa, akibat Perang Salib yang berlarut dan persinggungannya dengan para pedagang Islam, orang Eropa mulai mencari emas, rempah-rempah, kain, dan segala macam barang ke dunia lain yang selama ini belum pernah dijangkaunya. Kaum Frankish mendengar adanya suatu dunia baru di selatan yang sangat kaya.
Pada 1494 Paus Alexander VI memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol. Mandat ini dikenal sebagai Perjanjian Tordesillas1 yang membagi dua dunia selatan untuk dieksplorasi sekaligus target penyebaran agama Kristen, satu untuk Portugis dan yang lainnya untuk Spanyol.
Menyaksikan Portugis dan Spanyol sukses dalam ekspedisinya, bangsa-bangsa Eropa lainnya tertarik untuk mengekor. Perancis, Inggris, dan Jerman kemudian juga mencoba untuk mengirimkan armadanya masing-masing untuk menemukan dunia baru yang kaya-raya. Misi kerajaan-kerajaan Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Emas yang melambangkan Eropa tengah mencari daerah kaya untuk dijajah, Glory dan Gospel dinisbatkan untuk penyebaran dan kejayaan agama Kristen.
Sejarahwan Belanda J. Wils mencatat jika pendirian pos-pos misionaris awal di Nusantara selalu mengikuti gerak maju armada Portugis-Spanyol, “…pos-pos misi yang pertama-tama di Indonesia secara praktis jatuh bersamaan dengan garis-garis perantauan pencarian rempah-rempah dan ‘barang-barang kolonial’. Dimulai dari Malaka, yang ditaklukkan pada tahun 1511, perjalanan menuju ke Maluku (Ambon, Ternate, Halmahera), dan dari situ selanjutnya ke Timor (1520), Solor dan Flores, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (1544, 1563), dan berakhir di paling Timur Pulau Jawa (1584-1599).”2
Kesultanan Aceh Darussalam
Peran Sriwijaya digantikan oleh Kesultanan Aceh Darussalam yang berasal dari penggabungan kerajaan-kerajaan Islam kecil seperti Kerajaan Islam Pereulak, Samudera Pase/Pasai, Benua, Lingga, Samainra, Jaya, dan Darussalam. Ketika Portugis merebut Goa di India, lalu Malaka pun akhirnya jatuh ke tangan Portugis, maka kerajaan-kerajaan Islam yang telah berdiri di pesisir utara Sumatera seperti kerajaan Aceh, Daya, Pidie, Pereulak (Perlak), Pase (Pasai), Teumieng, dan Aru dengan sendirinya merasa terancam armada Salib Portugis.
Gambar
A. Hasjmi mengutip M. Said (Aceh Sepanjang Abad, hal.92-93) menulis, “Untuk mencapai nafsu jahatnya, dari Malaka yang telah dirampoknya, Portugis mengatur rencana perampokan tahap demi tahap. Langkah yang diambilnya, yaitu mengirim kaki tangan-kaki tangan mereka ke daerah-daerah pesisir utara Sumatera untuk menimbulkan kekacauan dan perpecahan dalam negeri yang akan dirampoknya itu, kalau mungkin menimbulkan perang saudara, seperti
yang terjadi di Pase, sehingga ada pihak-pihak yang meminta bantuan kepada mereka, hal mana menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan intervensi.”3
Strategi licik Portugis ini dikemudian hari dicontoh Snouck Hurgronje. Akibatnya, Portugis, menjelang akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16 telah menguasai kerajaan Aru (Pulau Kampai), Pase, Pidie, dan Daya. Di wilayah yang didudukinya, Portugis mendirikan kantor-kantor dagang dengan penjagaan ketat sejumlah pasukan.
Perkembangan yang kurang menguntungkan ini terus dipantau oleh Panglima Perang Kerajaan Islam Aceh, Ali Mughayat Syah. Panglima Perang yang juga putera mahkota Kerajaan Aceh ini yakin jika Portugis pasti akan menyerang kerajaannya. Mughayat Syah memaparkan hal ini kepada Sultan Alaiddin Syamsu Syah yang sudah uzur. Sultan sadar, untuk menghadapi Portugis, maka Kerajaan Aceh harus dipimpin oleh seorang yang muda, cekatan, dan cakap. Akhirnya Sultan Alaiddin Syamsu Syah segera melantik anaknya sebagai penggantinya. Ali Mughayat Syah pun menjadi raja baru dengan gelar Sultan Alaiddin Mughayat Syah. Sultan yang baru ini memandang, untuk mengusir Portugis dari seluruh daratan pantai utara Sumatera, dari Daya hingga ke Pulau Kampai, seluruh kerajaan-kerajaan Islam yang kecil-kecil itu harus bersatu dalam kerajaan yang besar dan kuat. Maka begitu jadi sultan, Alaiddin Mughayat segera mengumumkan berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam yang wilayah kekuasaannya meliputi Aru hingga ke Pancu di pantai utara, dan dari Daya hingga ke Barus di pantai Barat dengan beribukota kerajaan di Banda Aceh Darussalam. Padahal saat itu kerajaan-kerajaan Aru, Daya, Pase, Pidie, dan sebagainya masih diperintah oleh raja-raja lokal. Lewat peperangan yang gigih akhirnya laskar Islam ini berhasil menghalau Portugis bersama para sekutu lokalnya.
bendera "alam zulfiqar"Berhasil mengusir Portugis, Sultan menciptakan bendera kerajaan Islam Aceh Darussalam yang dinamakan “Alam Zulfiqar” (Bendera Pedang) berwarna dasar merah darah dengan bulan sabit dan bintang di tengah serta sebilah pedang yang melintang di bawah berwarna putih. Sultan yang hebat ini menemui Sang Khaliq pada 12 Dzulhijah 936 H (Sabtu, 6 Agustus 1530).
Bersatu Dengan Kekhalifahan Turki Utsmani
Diikat kesatuan akidah yang kuat, Aceh Darusalam mengikatkan diri dengan kekhalifahan Islam Turki Ustmaniyah. Sebuah arsip Utsmani berisi petisi Sultan Alaiddin Riayat Syah kepada Sultan Sulayman Al-Qanuni, yang dibawa Huseyn Effendi, membuktikan jika Aceh mengakui penguasa Utsmani di Turki sebagai kekhalifahan Islam. Dokumen tersebut juga berisi laporan soal armada Salib Portugis yang sering mengganggu dan merompak kapal pedagang Muslim yang tengah berlayar di jalur pelayaran Turki-Aceh dan sebaliknya. Portugis juga sering menghadang jamaah haji dari Aceh dan sekitarnya yang hendak menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Sebab itu, Aceh
mendesak Turki Utsmaniyah mengirim armada perangnya untuk mengamankan jalur pelayaran tersebut dari gangguan armada kafir Farangi (Portugis).4
Sultan Sulayman Al-Qanuni wafat pada 1566 M digantikan Sultan Selim II yang segera memerintahkan armada perangnya untuk melakukan ekspedisi militer ke Aceh. Sekitar bulan September 1567 M, Laksamana Turki di Suez, Kurtoglu Hizir Reis, diperintahkan berlayar menuju Aceh membawa sejumlah ahli senapan api, tentara, dan perlengkapan artileri. Pasukan ini oleh Sultan diperintahkan berada di Aceh selama masih dibutuhkan oleh Sultan Aceh.5 Walau berangkat dalam jumlah amat besar, yang tiba di Aceh hanya sebagiannya saja, karena di tengah perjalanan, sebagian armada Turki dialihkan ke Yaman guna memadamkan pemberontakan yang berakhir pada 1571 M.6
Di Aceh, kehadiran armada Turki disambut meriah. Sultan Aceh menganugerahkan Laksamana Kurtoglu Hizir Reis sebagai gubernur (wali) Nanggroe Aceh Darussalam, utusan resmi Sultan Selim II yang ditempatkan di wilayah tersebut.7 Pasukan Turki tiba di Aceh secara bergelombang (1564-1577) berjumlah sekitar 500 orang, namun seluruhnya ahli dalam seni bela diri dan mempergunakan senjata, seperti senjata api, penembak jitu, dan mekanik. Dengan bantuan tentara Turki, Kesultanan Aceh menyerang Portugis di pusatnya, Malaka.8
Gambar
rombongan ekspedisi kapal pasukan turki utsmani menuju aceh
Agar aman dari gangguan perompak, Turki Ustmani juga mengizinkan kapal-kapal Aceh mengibarkan bendera Turki Utsmani di kapalnya. Laksamana Turki untuk wilayah Laut Merah, Selman Reis, dengan cermat terus memantau tiap pergerakan armada perang Portugis di Samudera Hindia. Hasil pantauannya itu dilaporkan Selman ke pusat pemerintahan kekhalifahan di Istanbul, Turki. Salah satu bunyi laporan yang dikutip Saleh Obazan sebagai berikut:
“(Portugis) juga menguasai pelabuhan (Pasai) di pulau besar yang disebut Syamatirah (Sumatera)… Dikatakan, mereka mempunyai 200 orang kafir di sana (Pasai). Dengan 200 orang kafir, mereka juga menguasai pelabuan Malaka yang berhadapan dengan Sumatera…. Karena itu, ketika kapal-kapal kita sudah siap dan, Insya Allah, bergerak melawan mereka, maka kehancuran total mereka tidak akan terelakkan lagi, karena satu benteng tidak bisa menyokong yang lain, dan mereka tidak dapat membentuk perlawanan yang bersatu.”
Namun Portugis tetap sombong. Raja Portugis Emanuel I dengan angkuh berkata, “Sesungguhnya tujuan dari pencarian jalan laut ke India adalah untuk menyebarkan agama Kristen, dan merampas kekayaan orang-orang Timur”9.
Futuhat Pedalaman Sumatera
Sultan Alaiddin Riayat Syah Al-Qahhar dilantik pada 1537 M dan bertekad untuk membebaskan pedalaman Sumatera dari kaum kafir. Dengan bantuan pasukan Turki, Arab, Malabar, dan Abesinia, Aceh masuk ke pedalaman Sumatera. Sekitar 160 mujahidin Turki dan 200 Mujahidin Malabar menjadi tulang punggung pasukan. Mendez Pinto, pengamat perang antara pasukan Aceh dengan Batak, melaporkan komandan pasukan seorang Turki bernama Hamid Khan, keponakan Pasya Utsmani dari Kairo. Sejarahwan Universitas Kebangsaan Malaysia, Lukman Thaib, memperkuat Pinto dan menyatakan ini merupakan bentuk nyata ukhuwah Islamiyah antar umat Islam yang memungkinkan bagi Turki melakukan serangan langsung terhadap tentara Salib di wilayah sekitar Aceh.10
Turki Utsmani bahkan diizinkan membangun satu akademi militer, “Askeri Beytul Mukaddes” yang di lidah orang Aceh menjadi “Askar Baitul Makdis” di wilayah Aceh. Akademi pendidikan militer inilah yang kelak dikemudian hari melahirkan banyak pahlawan Aceh yang memiliki keterampilan dan keuletan tempur yang dalam sejarah perjuangan Indonesia dicatat dalam dalam goresan tinta emas.11
pasukan Utsmani
Gambar
Gambar
Intelektual Aceh Nurudin Ar-Raniri dalam kitab monumentalnya berjudul Bustanul Salathin meriwayatkan, Sultan Alaiddin Riayat Syah Al-Qahhar mengirim utusan ke Istanbul untuk menghadap “Sultan Rum”. Utusan ini bernama Huseyn Effendi yang fasih berbahasa Arab. Ia datang ke Turki setelah menunaikan ibadah haji.12 Pada Juni 1562 M, utusan Aceh tersebut tiba di Istanbul untuk meminta bantuan militer Utsmani guna menghalau Portugis. Di perjalanan, Huseyn Effendi sempat dihadang armada Portugis. Setelah berhasil lolos, ia pun sampai di Istanbul yang segera mengirimkan bala-bantuan yang diperlukan, guna mendukung Kesultanan Aceh membangkitkan izzahnya sehingga mampu membebaskan Aru dan Johor pada 1564 M.
Dalam peperangan di laut, armada perang Kesultanan Aceh terdiri dari kapal perang kecil yang mampu bergerak dengan gesit dan juga kapal berukuran besar. Sejarahwan Court menulis, kapal-kapal ini sangat besar, berukuran 500 sampai 2000 ton. Kapal-kapal besar dari Turki yang dilengkapi meriam dan persenjataan lainnya dipergunakan Aceh untuk menyerang penjajah dari Eropa yang ingin merampok wilayah-wilayah Muslim di seluruh Nusantara. Aceh benar-benar tampil sebagai kekuatan maritim yang besar dan sangat ditakuti Portugis di Nusantara karena mendapat bantuan penuh dari armada perang Turki Utsmani dengan segenap peralatan perangnya.13
Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M), di mana Kerajaan Aceh Darussalam mencapai masa kegemilangan, juga pernah mengirimkan satu armada kecil, terdiri dari tiga kapal, menuju Istanbul. Rombongan ini tiba di Istanbul setelah berlayar selama 12,5 tahun lewat Tanjung Harapan. Ketika misi ini kembali ke Aceh, mereka diberi bantuan sejumlah senjata, dua belas penasehat militer Turki, dan sepucuk surat yang merupakan sikap resmi Kekhalifahan Utsmaniyah yang menegaskan bahwa antara kedua Negara tersebut merupakan satu keluarga dalam Islam. Kedua belas pakar militer itu diterima dengan penuh hormat dan diberi penghargaan sebagai pahlawan Kerajaan Islam Aceh. Mereka tidak saja ahli dalam persenjataan, siasat, dan strategi militer, tetapi juga pandai dalam bidang konstruksi bangunan sehingga mereka bisa membantu Sultan Iskandar Muda dalam membangun benteng tangguh di Banda Aceh dan istana kesultanan.
Gambar
Kesultanan Aceh mendapat keistimewaan untuk mengibarkan bendera Turki Utsmani pada kapal-kapalnya sebagai tanda hubungan erat keduanya.
Dampak keberhasilan Khilafah Utsmaniyah menghadang armada Salib Portugis di Samudera Hindia tersebut amatlah besar. Di antaranya mampu mempertahankan tempat-tempat suci dan rute ibadah haji dari Asia Tengg ara ke Mekkah; memelihara kesinambungan pertukaran perniagaan antara India dengan pedagang Eropa di pasar Aleppo, Kairo, dan Istambul; dan juga mengamankan jalur perdagangan laut utama Asia Selatan, dari Afrika dan Jazirah Arab-India-Selat Malaka-Jawa-dan ke Cina. Kesinambungan jalur-jalur perniagaan antara India dan Nusantara dan Timur Jauh melalui Teluk Arab dan Laut Merah juga aman dari gangguan14.
Bukan Hanya Aceh
Selain Aceh, sejumlah kesultanan di Nusantara juga telah bersekutu dengan kekhalifahan Turki Utsmaniyah, seperti Kesultanan Buton, Sulawesi Selatan. Salah satu Sultan Buton, Lakilaponto, dilantik menjadi ‘sultan’ dengan gelar Qaim ad-Din yang memiliki arti “penegak agama”, yang dilantik langsung oleh Syekh Abdul Wahid dari Mekkah. Sejak itu, Sultan Lakiponto dikenal sebagai Sultan Marhum. Penggunaan gelar ‘sultan’ ini terjadi setelah diperoleh persetujuan dari Sultan Turki (ada juga yang menyebutkan dari penguasa Mekkah).
Jika kita bisa menelusuri lebih dalam literatur klasik dari sumber-sumber Islam, maka janganlah kaget bila kita akan menemukan bahwa banyak sekali kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara ini sesungguhnya merupakan bagian dari kekhalifahan Islam di bawah Turki Utsmaniyah. Jadi bukan sekadar hubungan diplomatik seperti yang ada di zaman sekarang, namun hubungan diplomatik yang lebih didasari oleh kesamaan iman dan ukhuwah Islamiyah. Jika satu negara Islam diserang, maka negara Islam lainnya akan membantu tanpa pamrih, semata-mata karena kecintaan mereka pada saudara seimannya. Bukan tidak mungkin, konsep “Ukhuwah Islamiyah” inilah yang kemudian diadopsi oleh negara-negara Barat-Kristen (Christendom) di abad-20 ini dalam bentuk kerjasama militer (NATO, North Atlantic Treaty Organization), dan bentuk-bentuk
kerjasama lainnya seperti Uni-Eropa, Commonwealth, G-7, dan sebagainya.
Qanun Meukuta alam
Salah satu keunggulan lain dari Kesultanan Aceh Darussalam adalah konstitusi negara yang disebut Qanun Meukuta Alam yang bersumberkan dari Qur’an dan hadits, yang sangat lengkap dan rinci. Kesultanan Brunei Darussalam merupakan salah satu kesultanan yang mengadopsi hukum ini dari Aceh.
Salah satu yang diatur adalah perayaan hari besar agama Islam. Di akhir bulan Sya’ban, misalnya, ketika shalat tarawih akan diadakan untuk pertama kalinya, maka di halaman Masjid Raya Baiturahman, raja memerintahkan agar dipasang meriam 21 kali pada pukul lima lebih sedikit. Tiap 1 Syawal, pukul lima pagi setelah sholat Subuh, juga dipasang meriam 21 kali sebagai tanda Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Haji pun demikian. Setiap hari besar Islam, kerajaan mengadakan acara yang semarak yang sering dikunjungi oleh tamu-tamu agung dari negeri lain.
Kebesaran Aceh diakui dunia internasional. Wilfred Cantwell Smith dalam Islam in Modern History, kelima besar Islam dunia saat itu adalah: Kekhalifahan Turki Utsmaniyah di Asia Kecil yang berpusat di Istanbul, Kerajaan Maroko di Afrika Utara yang berpusat di Rabat, Kerajaan Isfahan di Timur Tengah yang berpusat di Persia, Kerajaan Islam Mughol di anak benua India yang berpusat di Acra, dan yang kelima adalah Kerajaan Aceh Darussalam di Asia Tenggara yang berpusat di Banda Aceh.
(Footnotes)
  1. Ahmad Mansyur Suryanegara, Ulama dan Perkembangan Islam di Nusantara, Suara Hidayatullah, Juli, 2001.

  2. J. Wils, artikel berjudul “Kegiatan Penyiaran Agama Katolik”, salah satu tulisan dalam buku “Politik Etis dan Revolusi  Kemerdekaan”; Obor Indonesia; Jakarta; cet.1; 1987; hal. 356.

  3. A. Hasjmi, 59 Tahun Aceh Merdeka Dibawah Pemerintahan Ratu, Bulan Bintang, cet.1, 1977, hal. 13-14.

  4. Farooqi, “Protecting the Routhers to Mecca”, hal. 215-216.

  5. Metin Innegollu, “The Early Turkish-Indonesian Relation,” dalam Hasan M. Ambary dan Bachtiar Aly (ed.), Aceh dalam Retrospeksi dan Reflkesi Budaya Nusantara, (Jakarta: Informasi Taman Iskandar Muda, tt), hal. 54.

  6. Azyumardi Azra, “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII”, Edisi Revisi, Jkt2004, h. 44

  7. Metin Innegollu, ibid, hal. 54

  8. Marwati Djuned Pusponegoro (eds.), Sejarah Nasional Indonesia, Jilid III (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal. 54.

  9. Dr. Yusuf ats-Tsaqafi, Mawqif Uruba min ad-Daulat al-Utsmaniyyah, hal. 37

  10. Lukman Thaib, “Aceh Case: Possible Solution to Festering Conflict,” Journal of Muslim Minorrity Affairs, Vol. 20, No. 1, tahun 2000 hal. 106

  11. Metin Inegollu, ibid, hal. 53-55.

  12. Ibid, hal. 53.

  13. Marwati Djuned Puspo dan Nugroho Notosusanto, ibid, hal. 257

  14. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (Terj.), Pustaka Al Kautsar, tahun 2003, hal. 258-259.

 SUMBER MAJALAH MUSLIM DIGEST EDISI 09/2010

NIGELA PROPOLIS                               Produksi CV. Nature Herb Indonesia, Bekasi

Khasiat kegunaan : Menjaga stamina /kesehatan, mengobati berbagai macam penyakit berat ataupun ringan, seperti, asam urat,rematik ,batuk, asma, strok, melancarkan perdaran darah, bronhitis,TBC,dll
Bisa anda dapatkan ditoko-toko herbal terdekat  atau dapat memesan langsung pada kami di no 0857 1916 8831
Kami juga melayani Grosir .

Rabu, 19 Desember 2012

Perahu Nabi Nuh di temukan di atas gunung

Di sebuah gunung yg senantiasa diselimuti salju yg terletak di Timur Turki, tersembunyi sebuah misteri “berharga” yang berusia lebih dari 5000 tahun.

Peninggalan sejarah yg maha berharga itu bukan saja menarik minat para pengkaji Sejarah saja, namun pihak penyelidik US seperti CIA/KGB pun mencoba untuk melakukan penelitian disana. Sejauh ini CIA telah menggunakan satelite dan pesawat ‘Stealth’ utk mengambil gambar objek yg terdampar di puncak gunung tersebut. Gambar-gambar itu telah menjadi “rahasia besar” dan tersimpan rapi dengan kawalan yg ketat bersama dengan “rahasia-rahasia″ penting yg lain di Pentagon. Sudah beratus-beartus orang mencoba untuk mendaki Gunung Aghi-Dahl yg kerap dijuluki juga sebagai “Gunung Kesengsaraan” atau dengan nama peta-nya yaitu Mount Ararat, namun hanya beberapa orang saja yang berhasil menaklukannya. Sebagian lagi selebihnya hanyalah menambah deretan panjang pendaki-pendaki yang menjadi korban keganasannya. Hingga hari ini, hanya ada beberapa orang pendaki yg dapat sampai ke puncak Mt. Ararat sekaligus dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebuah artifak yang ‘maha berharga’ tersimpan abadi dipuncaknya.

Lalu apakah sebenarnya artifak “maha berharga” yang terkubur selama ribuan tahun di puncak Ararat itu?
Menurut para ahli kepurbakalaan, mereka menafsirkan bahwa artifak dengan dimensi yang sangat besar tersebut tak lain adalah The Great Noah Ark (Perahu/Bahtera Nabi Nuh)!
Seperti yang kita ketahui bahwa The Great Pyramid of Giza, Mesir telah terkubur didalam tanah selama kurang lebih 2.000 tahun lamanya sebelum ditemukan dan dilakukan penggalian terhadapnya. Begitu pula halnya dengan The Great Noah Ark, sebelum terjadinya sebuah gempa bumi hebat yang melanda daerah itu pada 2 Mei 1988 silam, artifak tersebut tertimbun di bawah salju hampir selama 5.000 tahun lamanya tanpa ada yang mengetahui bahwa sebenarnya tersimpan sebuah rahasia besar didalamnya.
Sebenarnya, zaman Nabi Nuh AS dulu tidaklah seprimitif yg kita semua bayangkan. Pada hakikatnya pengetahuan Sains dan teknologi mereka sudah maju pada masa itu.
Contohnya dari beberapa hasil temuan di kaki Mount Ararat, Para Pengkaji dan Scientist Russia telah menemui lebih kurang 500 kesan artifak batu baterai elektrik purba yg digunakan untuk menyadurkan logam. Tentunya temuan tersebut bisa membuktikan bahwa masyarakat zaman Nabi Nuh AS telah mengenal listrik.
Mengikut perkiraan para ahli, Nabi Nuh AS kira-kira memulai membangun bahteranya pada tahun 2465 B.C dan hujan lebat baru turun dan mengguyur bumi selama bertahun-tahun sehingga mengakibatkan munculnya air bah maha dasyat yang rata-rata dapat mengakhiri sebagian populasi manusia dimuka bumi diperkirakan terjadi pada 2345 B.C.
Rupa bentuk dari The Great Noah Ark itu sendiri sebenarnya tidak sama dengan bentuk kapal laut masa kini pada umumnya. Menurut para peneliti dan pendaki yang pernah melihat langsung “Noah Ark” di puncak Mt. Ararat serta beberapa image yang diambil dari pemotretan udara, The Great Noah Ark memang merupakan sebuah bahtera yang berdimensi sangat besar dan kokoh.
Kontruksi utamanya tersusun oleh susunan kayu dari species pohon purba yg memang sudah tidak bisa ditemui lagi didunia ini alias sudah punah. Pengukuran obyek yang ditandai mempunyai altitude 7.546 kaki (1 kaki = 0.3048 meter) dengan panjang dari bahtera kurang lebih 500 kaki, 83 kaki lebar, dan 50 kaki tinggi. Ada juga Para Pengkaji berpendapat, “Noah Ark” berukuran lebih luas dari sebuah lapangan sepak bola.
Luas pada bagian dalamnnya cukup untuk menampung ratusan ribu manusia. Jarak dari satu tingkat ke satu tingkat lainnya ialah 12 hingga ke 13 kaki. Sebanyak kurang lebih ribuan sampai pulahan ribu balok kayu digunakan untuk membangunnya.
Totalnya, terdapat kurang lebih ratusan ribu manusia dan hewan dari berbagai species yang ikut menaiki bahtera ini, Mengikuti kajian dari Dr. Whitcomb, kira-kira terdiri 3.700 binatang mamalia, 8.600 jenis itik/burung,6300 jenis reptilia,2500 jenis amfibi yang menaiki The Great Noah Ark tersebut, sisanya adalah para kaum Nabi Nuh AS yang percaya akan ajaran yang dibawanya. Total berat kargo/muatan bahtera itu keseluruhan mungkin mencapai kurang lebih 24,300 ton.
Di sekitar obyek tersebut, juga ditemukan sebuah batu besar dengan lubang pahatan. para peneliti percaya bahwa batu tersebut adalah “drogue-stones”, di mana pada zaman dahulu biasanya dipakai pada bagian belakang perahu besar untuk menstabilkan perahu. Radar dan peralatan mereka menemukan sesuatu yang tidak lazim pada level “iron oxide” atau seperti molekul baja. Struktur baja tersebut setelah dilakukan penelitian bahwa jenis “vessel” ini telah berumur lebih dari 100.000 tahun, dan terbukti bahwa struktur dibuat oleh tangan manusia. Mereka percaya bahwa itu adalah jejak pendaratan perahu Nuh.
Beberapa sarjana berpendapat bahwa kemungkinan besar ‘Noah Ark’ ini dibangun disebuah tempat bernama Shuruppak, yaitu sebuah kawasan yg terletak di selatan Iraq.
Jika ia dibangun di selatan Iraq dan akhirnya terdampar di Utara Turkey, kemungkinan besar bahtera tersebut telah terbawa arus air sejauh kurang lebih 520 Km. Mt.Ararat itu sendiri bukanlah sembarang gunung, ia adalah sebuah gunung yang unik. Diantara salah satu keunikan yang terdapat pada gunung ini ialah, pada setiap hari akan muncul pelangi pada sebelah utara puncak gunung itu.
Mt.Ararat ini ialah salah satu gunung yang mempunyai puncak yang terluas di muka bumi ini. Statusnya juga merupakan puncak tertinggi di Turki yaitu setinggi 16,984 kaki dari permukaan air laut. Sedangkan puncak kecilnya setinggi 12,806 kaki .Jika kita berhasil menaklukkan puncak besarnya, kita dapat melihat 3 wilayah negara dari atasnya, yaitu “Russia, Iran, dan Turkey”.
Sebuah “batu nisan” yang didakwa kepunyaan Nabi Nuh AS telah dijumpai di Mt. Lebanon di Syria. Batu nisan itu berukuran 120 kaki panjang.
Pada tahun 1917, Raja Russia Tsar Nicholas II mengirim sejumlah 150 orang pakar dari berbagai bidang yg terdiri dari saintis, arkeolog dan tentara untuk melakukan penyelidikan terhadap The Great Noah Ark tersebut.
Setelah sebulan, tim ekspedisi itu baru sampai ke puncak Ararat. Segala kesukaran telah berhasil mereka lewati, dan akhirnya menemukan perahu Nuh tersebut. Dalam keadaan terkagum, mereka mengambil gambar sebanyak mungkin mengukur panjang perahu Noah dan didapati berukuran panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki, sebagian lainnya tenggelam di dalam salju. Hasil dari perjalanan itu dibawa pulang dan mau diserahkan kepada Tsar, malangnya sebelum sempat melaporkan temuan itu ke tangan kaisar, Revolusi Bolshevik Komunis (1917) meletus. Laporan itu akhirnya jatuh ke tangan Jenderal Leon Trotsky. Sehingga sampai sekarang masih belum diketahui, apakah laporan itu masih disimpan atau dimusnahkan.
Mari kita melihat lebih mendalam tengang awal penemuan bahtera Nabi Nuh As. Pada bulan Juli 1951 sebuah tim yang terdiri dari ahli-ahli Rusia melakukan penelitian terhadap Lembah Kaat. Sepertinya mereka tertarik untuk menemukan sebuah tambang baru di daerah tersebut. Dalam penelitiannya mereka menemukan beberapa potong kayu di daerah tersebut berserakan. Mereka kemudian mulai menggali tempat tersebut dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berharga. Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan kumpulan potongan-potongan kayu tertimbun di situ. Salah seorang ahli yang ikut serta memperkirakan, setelah meneliti beberapa lapisanya, bahwa kayu-kayu tersebut bukanlah kayu yang biasa, dan menyimpan rahasia yang sangat besar di dalamnya.
Mereka mengekskavasi tempat tersebut dengan penuh keingintahuan. Mereka menemukan cukup banyak potongan-potongan kayu di daerah penggalian tersebut, dan di samping itu mereka juga menemukan hal-hal lain yang sangat menarik. Mereka juga menemukan sepotong kayu panjang yang berbentuk persegi. Mereka sangatlah terkejut setelah mendapati bahwa potongan kayu yang berukuran 14×10 inchi tersebut ternyata kondisinya jauh lebih baik dibandingkan potongan-potongan kayu yang lain.
Setelah waktu penelitian yang memakan waktu yang cukup lama, hingga akhir tahun 1952, mereka mengambil kesimpulan bahwa potongan kayu tersebut merupakan potongan dari bahtera Nabi Nuh AS yang terdampar di puncak Gunung Calff (Judy). Dan potongan (pelat) kayu tersebut, di mana terdapat beberapa ukiran dari huruf kuno, merupakan bagian dari bahtera tersebut. Setelah terbukti bahwa potongan kayu tersebut merupakan potongan kayu dari bahtera Nabi Nuh AS, timbullah pertanyaan tentang kalimat apakah yang tertera di potongan kayu tersebut.
Sebuah dewan yang terdiri dari kalangan pakar dibentuk oleh Pemerintah Rusia di bawah Departemen Riset mereka untuk mencaritahu makna dari tulisan tersebut. Dewan tersebut memulai kerjanya pada tanggal 27 Februari 1953. Berikut adalah nama-nama dari anggota dewan tersebut:
1. Prof. Solomon, Universitas Moskow
2. Prof. Ifa Han Kheeno, Lu Lu Han College, China
3. Mr. Mishaou Lu Farug, Pakar fosil
4. Mr. Taumol Goru, Pengajar Cafezud College
5. Prof. De Pakan, Institut Lenin
6. Mr. M. Ahmad Colad, Asosiasi Riset Zitcomen
7. Mayor Cottor, Stalin College
Kemudian ketujuh orang pakar ini setelah menghabiskan waktu selama delapan bulan akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa bahan kayu tersebut sama dengan bahan kayu yang digunakan untuk membangun bahtera Nabi Nuh AS, dan bahwa Nabi Nuh AS telah meletakkan pelat kayu tersebut di kapalnya demi keselamatan dari bahtera tersebut dan untuk mendapatkan ridho Illahi.
Terletak di tengah-tengah dari pelat tersebut adalah sebuah gambar yang berbentuk telapak tangan dimana juga terukir beberapa kata dari bahasa Saamaani. Mr. N.F. Max, Pakar Bahasa Kuno, dari Mancester, Inggris telah menerjemahkan kalimat yang tertera di pelat tersebut menjadi:
“Ya Allah, penolongku! Jagalah tanganku dengan kebaikan dan bimbingan dari TubuhMu Yang Suci, yaitu Muhammad, Ali, Fatima, Shabbar dan Shabbir. Karena mereka adalah yang teragung dan termulia. Dunia ini diciptakan untuk mereka maka tolonglah aku demi nama mereka.”
Semuanya sangatlah terkejut setelah mengetahui arti tulisan tersebut. Terutama yang membikin mereka sangatlah bingung adalah kenapa pelat kayu tersebut setelah lewat beberapa abad tetap dalam keadaan utuh dan tidak rusak sedikitpun.
Pelat kayu tersebut saat ini masih disimpan dengan rapih di Pusat Penelitian Fosil Moskow di Rusia. Jika anda sekalian mempunyai waktu untuk mengunjungi Moskow, maka mampirlah di tempat tersebut, karena pelat kayu tersebut akan menguatkan keyakinan anda terhadap kedudukan Ahlul Bayt AS.
Terjemahan kalimat tersebut telah dipublikasikan antara lain di:
1. Weekly – Mirror, Inggris 28 Desember 1953
2. Star of Britain, London, Manchester 23 Januari 1954
3. Manchester Sunlight, 23 Januari 1954
4. London Weekly Mirror, 1 Februari 1954
5. Bathraf Najaf, Iraq 2 Februari 1954
6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
7. Ellia – Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969
Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, sang kekasih Allah, keluarganya, dan kepada para sahabatnya.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Rasulullah SAW dengan shalawat yang membuat dada menjadi lapang, berbagai urusan menjadi lapang, berbagai urusan menjadi mudah, berbagai penghalang menjadi terbuka dan sampaikan kepadanya salam yang banyak, berkesinambungan hingga Hari Kiamat. Seruan mereka di sana adalah “Mahasuci Engkau Ya Allah,” Penghormatan mereka di sana adalah “Salam.” Dan akhir ucapan mereka adalah “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Yunus : 10).
Catatan: Shabbar dan Shabbir adalah bahasa Sarmani yang artinya Hasan dan Husain (Putra Pasangan agung Imam Ali AS dan Fathimah AS, dan cucu kesayangan Rosulullah), kelima nama tersebut dalam Islam sering disebut dengan “Ahlul Kisa”
Adakah Orang yang Pernah Melihat Kapal Nabi Nuh?
Selama lebih dari dua dekade terakhir pencarian kapal Nabi Nuh telah memperoleh perhatian internasional. Lusinan ekspedisi ke daerah Ararat di sebelah timur Turki, kebanyakan dilakukan oleh kelompok Kristen Amerika, telah menuntun kepada banyak klaim – tetapi tidak ada bukti.
Menurut Kitab Suci, kapal Nabi Nuh AS merupakan suatu perahu besar yang dibuat dari kayu gofir dan ditutup dengan pakal. Ukuran keseluruhannya adalah panjang 450 kaki, lebar 75 kaki dan tinggi 45 kaki dengan tiga geladak di dalam. Sebuah “jendela” dibuat di bagian atas (Kejadian 6:14-16). Sepintas, ukuran keseluruhan kapal ini menjadikannya kendaraan laut terbesar yang ada sebelum abad ke-20, dan proporsinya secara menakjubkan mirip dengan kapal laut besar yang ada sekarang. Kitab Suci mengatakan bahwa kapal Nabi Nuh kandas di “pegunungan Ararat” (Kejadian 8:4). “Ararat” mungkin menerangkan suatu daerah (kerajaan kuno Urartu) dan bukan puncak gunung secara khusus. Setelah Nabi Nuh dan keluarganya meninggalkan kapal di atas gunung, kapal tersebut tidak pernah disebut-sebut lagi dalam Kitab Suci. Kemudian penulis-penulis Kitab Suci tidak pernah menyatakan bahwa mereka tahu bahwa kapal tersebut masih dapat dilihat.
Pegunungan yang disebut Ararat sekarang lebih nampak seperti daerah pegunungan dengan dua puncak. Yang menarik, ada banyak laporan sepanjang sejarah mengenai perahu besar di pegunungan di daerah ini. Keterangan yang paling awal (bermula pada abad ke-3 S.M.) menyatakan bahwa sudah diketahui secara umum bahwa kapal Nabi Nuh itu masih dapat dilihat di pegunungan Ararat.
Laporan-laporan selama lebih dari seabad terakhir ini berkisar dari kunjungan ke kapal tersebut, sampai penemuan kayu, sampai foto pemandangannya. Secara umum dipercaya bahwa sekurang-kurangnya sebagian besar dari kapal itu masih utuh, tidak di atas puncak yang tertinggi, tetapi di suatu tempat di atas 10.000 kaki. Terperangkap dalam salju dan es hampir sepanjang satu tahun, hanya pada musim panas yang hangat saja struktur kapal tersebut dapat dilihat atau didekati. Beberapa orang mengatakan telah memanjat atapnya, yang lainnya mengatakan mereka telah berjalan-jalan di dalamnya.
Pada tahun 1980-an, “ark-eology” mendapat kehormatan dengan berpartisipasinya mantan astronot NASA James Irwin dalam ekspedisi ke pegunungan. Sebagai tambahan, investigasi kapal Nabi Nuh diuntungkan dengan pecahnya Uni Soviet, karena pegunungan tersebut tepat berada di perbatasan Turki-Soviet. Ekspedisi ke atas pegunungan selalu dianggap sebagai ancaman keamanan oleh pemerintah Soviet.
Sayangnya, kunjungan-kunjungan ke situs yang diusulkan tidak menghasilkan bukti lebih lanjut, tempat beradanya foto-foto tidak diketahui lagi, dan peninjauan yang berbeda tidak menuju ke lokasi yang sama di pegunungan. Lebih dari itu, astronot James Irwin telah meninggal, seorang saksi mata inti telah menarik diri dari hadapan publik, dan sudah ada beberapa ekspedisi baru ke pegunungan di tahun 1990-an.
Tetapi usaha-usaha masih tetap berjalan. Sementara Asosiasi untuk Penelitian Kitab Suci (Associates for Biblical Research) tidak terlibat dalam usaha-usaha ini, kami melanjutkan penelitian tentang laporan-laporan kuno, pengakuan lebih lanjut dari saksi mata dan memperbaharui usaha untuk menentukan tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh. Masih banyak ekspedisi yang menunggu. Jika kapal tersebut memang ada di atas sana, kita akan mendengar beritanya.
Adapun tentang bahtera Nabi Nuh as ini sesungguhnya Allah swt telah meninggalkannya sebagai salah satu dari tanda kebesaran-Nya dan agar orang-orang yang datang setelahnya dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh Nuh dan orang-orang yang bersamanya yang kemudian diselamatkan dengan bahtera itu sementara orang-orang yang kafir terhadapnya ditenggelamkaan oleh Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Dan Sesungguhnya telah kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, Maka Adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS. Al Qomar : 15 – 16)
Sedangkan keberadaan bahteranya setelah Allah swt menyelamatkannya serta orang-orang yang bersamanya juga telah disebutkan didalam firman-Nya :
Artinya : “Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim .” (QS. Huud : 44)
Ararat, Tempat Kapal Nabi Nuh Berlabuh
Banyak website yang ramai membicarakan klaim bantera Nabi Nuh telah ditemukan di Gunung Ararat, Turki.Penemu yang dipimpin oleh kelompok evangelis, mengatakan yakin 99,9% struktur kayu yang ditemukan di sisi gunung itu merupakan bagian dari kapal yang disebutkan dalam kitab suci.
Kapal itu dikatakan yang menampung keluarga Nabi Nuh serta berbagai hewan selama kejadian banjir besar pada 4800 tahun lalu.
The Ark Of Noah atau bahtera noah, sebuah kapal yang di buat oleh Nabi Nuh (Noah) yang begitu melekat di hati dan iman kaum Muslim dan Nasrani dan sangat melegenda yang penemuan nya membuat Arkeolog dari seluruh dunia merasa sangat perlu untuk melakukan investigasi di lokasi terdamparnya yaitu di sebuah gunung di wilayah turki yang bernama mount Arafat (Gunung Aghi-Dahl). Pegunungan ini merupakan puncak tertinggi di Turki dan merupakan gunung dengan puncak terlebar di dunia.
Banyak investigasi dilakukan namun selalu berakhir tragis, banyak yang tak mampu mencapai puncaknya dan meminta nyawa seolah ingin menyimpan perjalanan sejarah itu dalam selimut dingin nya misteri. Situs penemuannya pun berhasil ditemukan setelah kurang lebih 5.000 tahun terpendam dalam salju.
Perahu Nuh yang menurut hikayat telah membawa ribuan makhluk hidup bersama pelayarannya ( terdiri dari hewan dan beberapa pengikut setia yang mempercayai ajaran kenabian Nuh ) itu di temukan meskipun bukan dalam utuh sebuah kapal, namun peninggalan berupa artefak yang berbentuk kapal besar dengan panjang 500 kaki, 83 kaki lebar, dan 50 kaki tingginya. Diperkirakan, Nabi Nuh AS memulai membangun kapalnya itu pada tahun 2.465 B.C dan hujan deras turun mengguyur bumi bertahun- tahun yang mengakibatkan munculnya air bah mahadasyat yang dapat menghilangkan sebagian populasi manusia dimuka bumi yang diperkirakan terjadi pada 2345 B.C, Bentuk dan rupa kapal Nuh sendiri tidaklah seperti kapal kapal yang ada sekarang, paling tidak itulah penuturan dari orang orang yang berhasil mencapai puncaknya dan menyaksikan betapa besar kapal itu, begitu juga hasil foto satelit dari NASA yang berhasil didapatkan. mungkin lebih tepat disebut seperti benteng.
Konstruksi nya menggunakan kayu purba yang kokoh dan sudah tidak ada lagi populasi nya sekarang. Punya tinggi lantai sekitar 12 kaki antara deck nya.seorang profesor memperkirakan kapal itu mampu memuat 3.700 binatang mamalia, 8.600 jenis itik/burung, 6.300 jenis reptilia, 2.500 jenis amfibi dan total berat yang di pikul kapal tersebut mencapai 24.300 Ton. Beberapa peneliti berpendapat bahwa kemungkinan besar ‘Noah Ark’ ini dibangun disebuah tempat bernama Shuruppak di wilayah selatan Irak sekarang, dan dengan begitu lokasi terdamparnya yang berada di TurkiAllah SWT. sekedar tambahan Nabi Nuh dilantik menjadi Rasul ketika berusia 480 tahun dan wai’at pada usia 950 tahun.
Namun demikian tetap saja terjadi perdebatan mengenai lokasi terdamparnya kapal Nabi Nuh tersebut.ada yang mengatakan berada di sebuah puncak gunung setinggi 4.000 meter di Jazirah Ibnu Omar di Pulau Butan dan ada juga di lokasi yang saya bahas ini yaitu di di puncak pegunungan Arafat setinggi 5.165 M ini, dan semua pihak tersebut mengajukan argumen nya masing2, Waalahuallam bishowab kurang lebih berjarak 520 Kilometer dan konon Nabi Nuh dan semua penumpang nya terombang ambing di belantara badai angin topan selama 5 bulan sebelum akhirnya berhenti di lokasi penemuan nya sekarang.Menurut riwayat, ketika bahtera Nuh mendarat makanan telah habis. Mereka memasak sisa makanan seperti biji rin untuk beberapa keperluan. Mereka kemudian membuka perkampungan, bercocok tanam dan berternak sambil tidak lupa beribadah kepada ALLAH.
Klaim mengejutkan dikeluarkan peneliti ‘Noah’s Ark Ministries International’ dari China dan Turki. Mereka mengaku menemukan bahtera atau kapal Nabi Nuh yang digunakan untuk menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya dari bencana banjir bah yang diyakini menenggelamkan separuh dari daratan Bumi, 4.800 tahun silam.Sisa-sisa bahtera Nuh Nuh ditemukan berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Tak hanya mengajukan klaim, kelompok peneliti ini juga menampilkan foto dan membawa specimen dari kapal sebagai bukti penguat.Mereka juga membuat rekaman dokumentasi di dalam benda mirip kapal, ukurannya besar, sebagian besar permukaannya tertutup salju — yang diyakini bahtera Nuh yang legendaris. Video itu membawa kita masuk ke dalam bahtera Nuh. Seperti dilansir YouTube, para peneliti memukul-mukul papan-papan coklat, untuk membuktikan itu terbuat dari kayu.Untuk masuk ke lambung kapal, peneliti harus menggunakan tambang.
Kisah Nabi Nuh diceritakan dalam ajaran tiga agama besar, Islam, Kristen, dan Yahudi — memicu misi pencarian sisa-sisa kapal legendaris tersebut. Klaim penemuan di lokasi Gunung Ararat ini bukan kali pertamanya. Namun, klaim itu tak ada yang disertai bukti kuat. Pada 1970, seorang pria Armenia Georgie Hagopian, mengklaim telah mengunjungi bahtera Nuh dua kali sekitar tahun 1908/1910 dan 1906 Hagopian mengklaim dia menaiki kapal Nuh dan berjalan di atapnya.Lalu ada, Ed Davis, prajurit AS berpangkat sersan yang bertugas dalam Perang Dunia II di Hamadan, Iran. Dia dilaporkan telah mendaki Gunung Ararat pada 1943. Dia mengaku bisa mengintip bagian dalam bahtera itu, namun tak berani untuk mendekat.
Seperti diketahui oleh kita semua bahwa sekitar bulan April 2010 yang lalu telah diadakan survey penelitian dan penemuan oleh “Noah’s Ark Ministries International” akan adanya sisa perahu Nabi Nuh As disalah satu lereng gunung Ararat di Turki. Kita tidak mengetahui secara pasti kapan perahu tersebut berada disana, namun beberapa prediksi dapat ditarik dari sejarah dalam Kitab Injil dan Al-Qur’an. Data yang ditemukan pada waktu ini adalah bahwa lokasi ex perahu tersebut berada pada ketinggian lebih dari 3.250 m diatas permukaan laut. Hal itu saja telah dapat menggugah nalar kita untuk berpikir dan membayangkan bahwa kalau posisinya sekarang setinggi lebih dari 3.250 m, maka seberapa tingginya banjir besar yang terjadi dijaman Nabi Nuh AS tersebut.
Dari mana datangnya air banjir (laut banjir) sampai setinggi itu? Kalau disimak dari riwayat dalam Al-Qur’an, maka datangnya banjir tersebut juga secara tiba-tiba dan serentak, jadi semacam aliran air yang sangat besar sekali, bahkan bukit-bukit yang adapun semuanya tenggelam. Selanjutnya kemanakah semua air banjir tesebut ahirnya mengalir, sehingga perahu Nabi Nuh ahirnya terdampar diposisi lereng gunung pada ketinggian sekarang lebih dari 3.250 m.
Menurut para ahli peneliti bahwa keberadaan sosok benda tersebut sebenarnya sudah dicurigai sejak awal tahun 1940-an, kira-kira setelah ditemukannya pesawat terbang. Dari pantauan dengan menggunakan pesawat terbang, sosok benda tersebut telah banyak menarik perhatian para pengamat sebagai sosok benda misterius. Ada beberapa faktor alam yang mendukung terjaganya keberadaan sosok benda tersebut yaitu adanya lapisan salju yang permanen pada ketinggian tersebut. Dengan demikian maka fosil ex perahu Nabi Nuh seolah diawetkan selama puluhan abad (atau puluhan millennium), sampai ahirnya ditemukan secara pasti oleh para ahli pada bulan April 2010 yang lalu.
Sebagai data hasil penemuan secara teknis dan teknologis sebenarnya sudah finish, bahkan di Negeri Belanda telah ada replikanya sama dengan ukuran aslinya. Replika tersebut dibangun oleh seorang penggemarnya dengan bahan kayu, dengan mengikuti data temuan yang ada, besarnya kira-kira sama dengan lapangan sepak-bola. Bagi yang ingin melihatnya dapat disaksikan di Negeri Belanda sebagai obyek wisata yang menarik.
Namun bagi nalar manusia yang mempercayai adanya “Kehendak Tuhan” dibalik semua itu tentunya kenyataan itu menimbulkan banyak pertanyaan, apa sebenarnya rahasia yang ada dibalik penemuan itu.
Pada waktu sekarang melalui kecanggihan citra satellit dan sarana “Google-Earth”, orang dapat mendeteksi posisi dan kondisi ex perahu Nabi Nuh tersebut, ukurannya sekitar 150 x 50 m2. Dengan ukuran sebesar itu maka adalah wajar bahwa didalam perahu tersebut juga telah diangkut hewan-hewan besar dan kecil secara lengkap. Dari riwayat dan kenyataan sekarang maka pada waktu itu telah terjadi kemusnahan kehidupan didaratan yang sangat luas. Disamping semua itu dalam riwayat juga dijelaskan bahwa usia Nabi Nuh As mencapai seribu tahun, ini merupakan segi lain yang juga patut dijadikan bahan kajian para ahli sejarah. Dengan beberapa keterangan tersebut dapat ditarik perkiraan kapan peristiwa tersebut terjadinya, yang pasti kemungkinannya bisa lebih dari 10.000 tahun sebelum masehi, silahkan diteliti oleh para ahlinya. Namun yang tetap menimbulkan pertanyaan adalah ada rahasia apa yang tersembunyi dibalik semua itu, sehingga kepastiannya baru ditemukan oleh para ahli pada tahun 2010 ini. Baiklah itu semua masalah yang berkaitan dengan ex perahu Nabi Nuh AS. Sekarang perhatian kita coba dialihkan kepada kaitan-kaitan lainnya.
Saya menggemari kecanggihan citra satellit pada sarana komputer “Google-Earth” yang sangat akurat. Dengan sarana tersebut kita dapat menjelajah permukaan bumi kemana saja bahkan dapat mendeteksinya sampai detail pada level 250 m diatas muka daratan atau obyek. Dengan pendeteksian demikian detail, maka kita dapat melihat benda-benda dipermukaan bumi secara jelas dengan akurasi yang tinggi bahkan dapat juga dengan penampilan perspektip, tiga dimensional. Kita dapat membaca data ketinggian suatu permukaan daratan atau juga kedalaman lautan secara tepat, cepat dan mudah sekali. Kecanggihan “Google-Earth” tersebut telah banyak membantu saya mendeteksi arah qiblat masjid-masjid besar didunia, apakah arah qiblatnya tepat/presisi atau tidak, semua hasilnya dapat langsung dilihat dan disimpan datanya, berupa dokumen foto-JPG. Salah satu contoh bisa diambil yaitu, masjid Raja Hassan II di Marokko Cassablanka ditepi laut, ternyata mempunyai arah qiblat yang tepat menuju Ka’bah di Makkah.
Selain meneliti arah qiblat masjid, saya juga pernah mencoba menarik garis “ruler” dari pusat bangunan Ka’bah kearah dan sampai pada bangunan Piramyd di Giza Mesir. Dari hasilnya saya menjadi sangat kagum sekali karena ternyata ketiga arah axis-diagonal Pyramid (yang kearah tenggara) adalah persis sama yaitu semuanya menuju bangunan Ka’bah di Masjid Al-Harom. Dalam hal itu saya berfikir apakah arah axis-diagonal ini yang menuju Ka’bah adalah suatu kebetulan saja? Mungkin untuk sementara waktu, kita dapat menganggap bahwa arah axis-diagonal tersebut memang suatu kebetulan, apalagi bila kita meneliti dari sejarah bahwa Pyramid tersebut dibangun sekitar 3.000-4.000 tahun sebelum Masehi, dan dibangun dengan teknologi masa itu yang masih sangat lokal. Apalagi waktu itu para Fir’aun disamping belum mengenal Tuhan, tentunya tidak mengetahui secara persis letak kota Makkah, begitupun kehidupan disana sama sekali tidak ada hubungannya dengan Makkah. Bahkan sampai jaman modern inipun masyarakat dunia tidak pernah memperhatikan dan apalagi memperdulikan kemanakah arah dari axis-diagonal Pyramid tersebut. Namun demikian dari hasil pendeteksian citra satellit telah secara pasti dan akurat bahwa arah axis-diagonal 3 Pyramid yang ke tenggara adalah tepat/persis menuju bangunan Ka’bah. Hasil pencitraan “Google-Earth” sangat presisi/akurat sampai pada ketinggian 300 m diatas obyek Pyramid dan Ka’bah (pengukuran itu tidak dapat dilakukan dengan pesawat terbang atau teknologi lainnya).
Selanjutnya saya kembali teringat akan hasil penemuan terahir di abad 21 ini yaitu fosil ex Perahu Nabi Nuh di Turki. Saya mempunyai data satelit “Google-Earth” keberadaanya secara tepat yaitu dilereng gunung Ararat pada ketinggian lebih dari 3.250 m diatas muka laut. Dari data tersebut tergerak hati saya untuk mencoba-coba menarik garis “ruler” dari posisi ex Perahu Nabi Nuh langsung kearah Pyramid di Giza Mesir. Sebagai hasilnya menyebabkan saya sangat terperanjat, karena garis tersebut persis sama dengan arah axis-diagonal Pyramid yang ke timur-laut. Dalam pada itu juga saya berpendapat bahwa para Fir’aun tentunya tidak pernah mengetahui letak ex Perahu Nabi Nuh, dan mereka tidak punya kepentingan sedikitpun dengannya. Kurun waktu antara pembangunan Pyramid dengan Perahu Nabi Nuh adalah sangat lama sekali, ribuan tahun, jadi pasti arah axis-diagonal Pyramid sama sekali bukanlah atas pengetahuan dan kemauan Fir’aun serta rakyatnya pada waktu itu, yang jelas adalah bahwa axis-axis diagonal ketiga Pyramid itu semuanya sejajar.
Semua itu adalah invention-besar abad-21. Baiklah semua riwayat itu kita cukupkan sekian dulu dan kita kembali kepada hasil pendeteksian citra satelit dengan “Google-Earth”. Dengan adanya dua percobaan tarikan garis “ruler” tersebut diatas, kemudian saya menghubungkan ketiga monumen bersejarah tersebut, menjadi satu segitiga yang sangat besar dengan total panjang sisinya 4.962,5 km, sebuah segitiga keajaiban berskala dunia.
Dari gambaran segitiga besar itu secara pasti dan akurat/mathematis terbukti bahwa axis-diagonal tiga Pyramid di Giza Mesir masing-masing menuju ke ex Perahu Nabi Nuh As di Turki dan juga menuju ke Ka’bah di Makkah Arab Saudi.
Sebagai kesimpulannya, bahwa bangunan Pyramid adalah sebuah monumen dunia yang tidak diragukan lagi keberadaannya, secara fisik memberikan petunjuk kepada keberadaan dua monumen dunia lainnya yaitu ex Perahu Nabi Nuh dan Ka’bah di Masjid Al Harom di Makkah. Inilah satu fenomena berskala dunia sepanjang sejarah kemanusiaan dari jaman Nabi Nuh As, jaman Nabi Musa As sampai sekarang, dan fenomena itu tidak akan hilang dari muka bumi sampai ahir zaman (kiamat).
Dibalik kenyataan fenomena tersebut maka sudah barang tentu mempunyai kaitan dan pasti ada manfaatnya untuk seluruh kemanusiaan didunia ini. Sebagai manusia yang berakal cerdas tentunya kita semua menyadari dari lubuk hati yang paling dalam bahwa fenomena besar itu adalah terjadi atas Kehendak Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa yaitu Allah Swt. Mengapa Allah berkehendak demikian, tiada lain karena dunia dan segala isinya ini adalah Ciptaan-NYA juga, jadi adalah wajar bahwa fenomena berskala dunia yang sudah puluhan ribu tahun itu adalah juga Kehendak-NYA, demi untuk kepentingan kemanusiaan seluruhnya. Baru sekaranglah keberadaan fenomena besar itu terkuak secara jelas dengan bantuan teknologi moderen, semua itu dapat dibuktikan secara actual. Selanjutnya tentunya kita berfikir, dengan adanya satu fenomena besar itu, apakah juga berarti ada “pesan-tersembunyi” didalamnya? Marilah kita merenunginya dan mentafakurinya secara mendalam, karena fenomena besar itu disamping mengkaitkan tiga monument dunia, juga mengkaitkan tiga kurun zaman yang sangat berbeda selama ribuan tahun. Marilah kita merenungi makna dari “pesan- tersembunyi” dibalik tiga kepastian bukti yang sudah ada dan sangat nyata itu.
Untuk bisa menyelami maknanya, sebaiknya kita secara imaginer masuk ke era zaman para Fir’aun dan berdiri diantara Pyramid, setelah (monumen) tiga buah Pyramid itu selesai dibangun, kemudian kita secara imaginer mengikuti arah axis-diagonal ketiga Pyramid tersebut.
Satu arah yang menuju (timur-laut) ke ex Perahu Nabi Nuh, seolah memberikan pesan: “Lihatlah kemenangan dizaman yang sudah lampau yaitu keselamatan bagi kemanusiaan, dimana Nabi Nuh As dan kaumnya telah selamat dari banjir besar, semuanya berkat Petunjuk dari Tuhan”.
Kemudian satu arah lagi yang menuju (tenggara) ke Ka’bah, seolah juga memberikan pesan: “Dan lihatlah juga kemenangan dizaman yang akan datang yaitu keselamatan bagi kemanusiaan atas Petunjuk Tuhan melalui Nabi Muhammad Saw, Al-Qur’an dan Ahlul-Bayt, sebagai penyelamat seluruh kemanusiaan sampai datangnya hari kiyamat”. Seluruh bukti yang disebutkan diatas adalah nyata, maka “pesan tersembunyi” itupun adalah satu keniscayaan yang nyata pula dan tidak akan pernah terbantahkan, seperti jugamatahari diwaktu siang.
Pada waktu ini kita semuanya dapat menyaksikan semua bukti-bukti tersebut terkuak secara jelas dan pasti, karena kita sudah dan sedang berada dizaman terahir yang menuju ke Hari Kiyamat yang sudah di janjikan-NYA. Yang terpenting untuk kita adalah menentukan sikap dan keputusan apakah kita ingin menjadi manusia yang terselamatkan dengan mengikuti Petunjuk-NYA atau kita ingin mengabaikan semuanya itu, artinya tidak ingin selamat? Semua itu terserah kepada kita masing-masing untuk menentukan pilihan, keputusan dan tanggung jawab pribadi di akhirat kelak. Masih ada cukup waktu untuk berfikir dan memilih serta mengambil keputusan terahir bagi masing-masing secara pribadi. Saya tidak bermaksud mempengaruhi siapapun, hanyalah sebatas memberikan bukti-bukti ilmiyah yang sangat nyata dalam dimensi ruang dan waktu yang tidak terbantahkan sampai datangnya hari kiamat.
Rekor Dunia yang Dipegang oleh Kapal Nabi Nuh
Tolong Anda sebutkan berapa lama jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi? Tiada penjelasan akurat dokumen-dokumen sejarah terkait dengan berapa jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi. Namun dalam sebagian literatur disebutkan beberapa hal yang berbeda-beda yang dari kesemua itu dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut ini:
Jarak Nabi Adam As hingga Nabi Nuh As adalah lebih dari 1.200 tahun lamanya. Jarak antara Nabi Nuh As hingga Nabi Ibrahim As adalah 2.240 tahun. Jarak antara Nabi Ibrahim As hingga Nabi Musa As adalah 900 tahun. Jarak antara Nabi Musa As hingga Nabi Isa As adalah 1.900 tahun. Dan jarak antara Nabi Isa As hingga Nabi Muhammad Saw adalah 620 tahun lamanya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Shadiq As bersabda, “Antara Nabi Nuh As dan Nabi Ibrahim As terbentang jarak seribu tahun lamanya.”
Allah memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera. Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun. Melalui wahyu-Nya, Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Berikut rekor dunia yang dipegang oleh Bahtera Nuh :
1. Bahtera Nuh Dipimpin Oleh Nahkoda Tertua Di Dunia (berusia 600 th).
Ibnu Abbas menceritakan Bahwa nabi Nuh diutus pada kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia mengarungi banjir ketika ia berumur 600 tahun dan kemudian setelah banjir ia hidup selama 350 tahun.
2. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Terbesar Di Dunia Yang Terbuat Dari Kayu.
Ibnu Abbas menceritakan Bahwa Suatu ketika Nabi Isa menghidupkan Ham bin Nuh dan bertanya kepadanya kenapa rambutnya beruban, ia menjawab dia meninggal di saat usia muda karena ketakutannya ketika banjir. Ia berkata bahwa panjang kapal Nuh adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan mempunyai 3 lapisan.
3. Bahtera Nuh Merupakan Alat Angkutan Laut Pertama Di Dunia.
Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Bahtera Nuh dianggap merupakan alat angkutan laut pertama di dunia.
4. Bahtera Nuh Merupakan Alat Angkutan Laut Pertama Di Dunia Yang Terbuat Dari Kayu.
Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun.
5. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Angkut Bertingkat Pertama Di Dunia (3 tingkat).
Panjang kapal Nuh adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan mempunyai 3 lapisan. Tingkat pertama diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah dijinakkan, tingkat kedua ditempatkan manusiaingkat ketiga untuk burung-burung.
6. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Yang Belayar Tertinggi Dari Dasar Laut.
Menurut Al Quran, bahtera Nuh telah mendarat di Bukit Judi. Ada pendapat yang menunjukkan suatu gunung di wilayah Kurdi atau tepatnya dibagian selatan Armenia, ada pendapat lain dari Wyatt Archeological Research, bukit tersebut terletak di wilayah Turkistan Iklim Butan, Timur laut pulau yang oleh orang-orang Arab disebut sebagai Jazirah Ibnu Umar (Tafsir al-Mishbah).
7. Bahtera Nuh Adalah Kapal Anti Topan Dan Banjir Pertama Di Dunia.
Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir.
8. Bahtera Nuh Adalah Kapal Pertama Yang Berlayar Tanpa Kompas.
Setelah bahtera itu selesai, Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut.
9. Bahtera Nuh Dinahkodai Bukan Ahli Ilmu Kelautan Dan Perbintangan.
Nuh adalah seorang nabi yang diceritakan dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Quran. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di wilayah Selatan Irak modern.
10. Bahtera Nuh Adalah Satu-Satunya Kapal Angkut Dengan Penumpang Paling Sedikit ertama Di Dunia.
Ibnu Thabari menceritakan setelah kapal berlabuh di pegunungan Ararat, ia kemudian membangun suatukota di daerah Ararat (Qarda) disuatu areal yang termasuk Mesopotamia dan menamakan kota tersebut Themanon (Kota delapan Puluh) karena kota tersebut dibangun oleh orang yang beriman yang berjumlah 80 orang.
11. Bahtera Nuh Adalah Kapal Angkut Yang Mengangkut Jenis Binatang Berpasangan Terbanyak Di Dunia.
Nuh memiliki 4 anak laki-laki: Kan’an, Sem, Ham, dan Yafet. Menurut kitab Kejadian, pada jamannya terjadi air bah yang menutupi seluruh bumi; hanya ia sekeluarga (istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya) dan binatang-binatang yang ada di dalam bahtera Nuh yang selamat dari air bah tersebut.
12. Bahtera Nuh Satu-Satunya Kapal Yang Mendarat Di Gunung.
Berdasarkan foto yang dihasilkan dari gunung Ararat, menunjukkan sebuah perahu yang sangat besar diperkirakan memilik luas 7.546 kaki dengan panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki dan masih ada tiga tingkat lagi diatasnya.
13. Bahtera Nuh Adalah Kapal Yang Mengarungi Banjir Terlama Di Dunia.
Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut. Nuh menunggu hingga bumi benar-benar kering sebelum membuka pintu bahtera.
Foto-foto Bukti Penemuan Perahu Nabi Nuh
1. Awal Penemuan
Pemotretan awal oleh Angkatan Udara AS di tahun 1949 tentang adanya benda aneh di atas Gunung Ararat-Turki, dengan ketinggian 14.000 feet (sekitar 4.600 meter).
Kemudian, awal tahun 1960, berita dalam Life Magazine: Pesawat Tentara Nasional Turki menangkap sebuah benda mirip perahu di puncak gunung Ararat yang panjangnya 500 kaki (150 meter) yang diduga perahu Nabi Nuh AS (The Noah’s Ark)

2. Foto-foto tahun 1999-2000
Seri pemotretan oleh Penerbangan AS IKONOS tahun 1999-2000 tentang dugaan adanya perahu di Gunung Ararat yang tertutup salju.


foto Lokasi Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Lokasi Bahtera Nabi Nuh Ditemui
3. Peta Lokasi Perahu Nabi Nuh



4.  Tanah berbentuk Perahu Nabi Nuh di atas Gunung Arafat.

5. Situs Perahu Nabi Nuh sebelum dibersihkan

picture2.jpg
6. Pengukuran di Atas Perahu




7. Struktur Perahu menurut para arkeolog yang menemukannya
picture3.jpg

8. Bentuk Perkiraan Perahu Nabi Nuh AS

foto Lakaran Bahtera Nabi Nuh

9. Foto-foto Detail Penemuan Kapal Nabi Nuh
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
10. Tim Ilmuan Penemu Kapal Nabi Nuh
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
foto Bahtera Nabi Nuh Ditemui
source : dari berbagai sumber
Abu Qoyim (Tabib NatureHerb)

NIGELA PROPOLIS
Produksi CV.Nature Herb Indonesia
Adalah perpaduan minyak habatusauda,propolis dan omega 3. Menjadikan suplement ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan kita, Seperti mengatasi semua masalah Tumor dan Kanker (kista,miom,kanker,dll),hipertensi,stroke, asam urat, TBC, asma,flek,DBD,prostat,wasir,sembelit, dll.Dapat anda beli di toko-toko herbal terdekat di tempat anda atau dapat juga memesan pada kami ke email abumuawiyah2011@gmail.com